🌹 PART DUA PULUH LIMA 🌹

4.6K 335 42
                                    

"Cinta mungkin terkadang membuatmu rapuh, tetapi berterima kasihlah kepadanya, karena cinta darinya bisa membuatmu lebih kuat dari sebelumnya.

🌹UAK🌹





Kini mobil Naufal berhenti di parkiran pesantren, mereka tidak langsung pulang ke rumah barunya melainkan mampir sebentar ke pesantren untuk bertemu Abi dan juga umi.

Naufal dan juga Haura saat ini menjadi pusat perhatian, karna jarang sekali Naufal datang kesini bersama perempuan selain Tabina atau umi nya. Apalagi wajah Haura yang terbilang asing di wilayah ini.

Mereka berhenti di sebuah pintu rumah yang biasa disebut 'ndalem.'

"Assalamualaikum," ucap Naufal dan Haura bersaman.

"Waalaikumussalam. Alhamdulillah akhirnya mantu umi datang juga, ayo masuk nak." Ajak umi Najwa.

Umi Najwa menuntun Haura untuk masuk ke ndalem, di sana hanya ada umi, Tabina sedang keluar, dan Abi Adam sedang ada tamu di ruangannya.

"Umi, Haura belum Salim dengan umi."

"Ya Allah iya umi juga lupa."

Haura menyalami tangan umi Najwa, dan begitupun Naufal.

"Sebentar ya umi ambilkan minum."

Belum sempat umi Najwa berdiri, Haura sudah mencegah nya terlebih dahulu.

"Umi diam disini saja ya, biar Haura yang ambil sendiri."

Haura mulai melangkahkan kakinya menuju dapur, dan membuat tiga cangkir teh untuk dirinya, umi, dan juga suaminya.

Tidak lama ia berkutik di dapur, dan segera ia bawa teh bikinannya.

"Silahkan umi, Pak."

"Terimakasih." Ucap Naufal.

"Haura masih memanggil dengan sebutan Pak kepada Naufal?"

Naura menaruh gelas yang ia pegang setelah di icip nya sedikit. "I-iya, umi."

Umi Najwa tersenyum. "Biasakan kalau bisa dengan sebutan Mas, kecuali di kampus nanti."

Naufal melirik ke arah istrinya yang terlihat mulai tidak enak. "Ehmm.. umi, Naufal ingin mengambil kunci motor untuk dibawa ke rumah." Naufal mengalihkan pembicaraan.

"Loh kan kamu bawa mobil, Mas."

"Iya umi, nanti Haura yang akan membawa mobil nya. Soalnya ada beberapa barang yang Naufal ingin beli dan tidak perlu menggunakan mobil. Takutnya juga jadi bolak balik kalau harus kesini lagi." Jelas Naufal.

"Yasudah, tapi kalian tidak buru buru kan?"

"Sebenarnya tidak umi, tapi kalau kelamaan takut merapihkan rumah nya kemalaman." Sahut Haura, yang diangguki oleh Naufal.

"Yasudah, kalau kalian menunggu Abi pasti akan lama. Di susul aja Abi nya di ruangan."

Mereka bergegas menuju ruangan Abi Adam. Ruangan nya berada di dekat perpustakaan, yang berarti melewati beberapa kamar putri.

Semua mata tertuju pada Haura yang jalan berdampingan dengan Naufal.

"Pak, kenapa semua orang melihat Haura seperti itu?" Bisik Haura.

Naufal menoleh kearah istrinya, lalu hanya mengedikan bahu nya.

Naufal berjalan lebih dulu dan diikuti oleh Haura di belakangnya. Tangan Haura tetap setia melilit ujung jilbab yang ia kenakan.

Takdir Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang