🌹PART TUJUH BELAS 🌹

4.1K 261 16
                                    

Jangan lupa untuk ⭐ nya
Jangan lupa untuk 💌 nya




Bila cobaan ini adalah kehendak-Mu, maka aku ikhlas dengan senang hati menerima cobaan ini.

🌹UAK🌹

Suasana di meja makan terlihat sangat tegang. Haura yang berusaha untuk tetap tenang, Naura yang bersiap untuk bicara, serta Rahman dan juga Nafisa yang menunggu ucapan keluar dari lisan Naura.

Naura sempat beberapa kali membuang nafas nya. Ia akan berusaha setenang mungkin untuk menjelaskan nya, Naura sudah yakin. Semoga ini yang terbaik.

Air mata Haura sudah mengembang di pelupuk mata indahnya. Haura berharap ini hanya mimpi.

"Pah.. Bun, Naura mohon maaf sebelumnya." Ucap Naura.

"Ada apa, Naura?" Tanya Rahman.

"Naura.. Naura." Naura berusaha mengatur nafasnya.

"Naura rasa, ta'aruf Naura berhenti sampai disini saja dengan, Pak Naufal."

Air mata Haura lolos dengan sendiri nya. 

Rahman dan juga Nafisah sangat kaget mendengar ucapan yang baru saja keluar dari lisan putri nya.

"Naura ! Apa yang kamu katakan ! Pernikahan kamu sebentar lagi."

"Pah, tenang dulu.. biar Naura menjelaskan kembali." Ujar Nafisah.

"Naura merasa tidak cocok untuk Pak Naufal Pah, maafkan, Nau." Jawab Naura.

"Naura, ada apa sebenarnya, Nak?" Nafisa mencoba untuk menanyakan baik baik.

"Maaf Bun, hati Naura belum sepenuhnya."

Haura masih diam di tempat. Haura merasa dirinya sangat jahat. Ingin sekali Haura pergi dari tempat ini.

"Naura, tapi kemarin kamu menerimanya. Bahkan.. bahkan kamu tidak Masalah. Kamu sendiri yang bilang cocok Naura !" Suara Rahman mulai meninggi.

"Maaf Pah, maaf.. maaf bunda."

"Ka Naura.. sebaiknya ka Naura fi---" Haura mencoba untuk berbicara.

"Maaf, tapi Naura tidak bisa. Naura mohon, hargai keputusan Naura yang ini." Ucap Naura.

Rahman dan juga Nafisa saling memandang, ada apa sebenarnya yang terjadi dengan putri sulung nya? Haura yang hatinya tercabik cabik mendengar keikhlasan Naura.

'maafin Haura KA Naura. Maaf.' batin Haura.

"Terus bagaimana Naura? Saudara saudara sudah banyak yang tahu, saudara dari Jogja sudah berjanji akan hadir,  Bagaimana dengan keluarga Naufal, Naura?"

Naura menoleh ke arah Haura, lalu memegang kedua tangan nya. "Ku mohon, Kamu mau ya menggantikan, Ka Nau?"

Jantung Haura berdegup kencang, Allah... Mengapa seperti ini? Haura menangis dalam diam nya.

Takdir Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang