Akhirnyaaa up juga hehehe😀
Terimakasih yang masih setia nunggu cerita ini tamat, walaupun belum tau kapan tamatnya hehe.
Selamat membaca 🤍
KOMEN LIKE JANGAN LUPA BEZTIIIIIIEEEE😘
Sungguh bahagia perasaan wanita yang sedang duduk di bangku kuliah saat ini. Senyuman indah terukir jelas di kedua sudut bibirnya, sesekali teman nya menyapa namun tidak ia respon dengan biasanya.
Zahra yang ikut heran dengan tingkah sahabatnya ini, membuat bulu kuduk nya merinding. Perlahan tangan Zahra terulur dan menempelkan nya ke jidat Haura.
"Tidak demam." Gumam Zahra.
Haura masih terus tersenyum tanpa henti.
Sedikit Zahra menyenggol bahunya, untuk menyadarkan perempuan disebelahnya saat ini.
"Astagfirullahal'azim, ini kenapa ya?"
Dengan hati hati dan perasaan tidak enak, Zahra mencubit kecil lengan Haura itu, sampai terdengar suara rintihan nya.
"Akh... Zar!"
"Eh.. kekencangan ya?"
"Apasih kamu tu, ngapain cubit aku. Sakit tau." Haura terus mengusap lengan nya, untuk mengurangi rasa sakit itu.
"Habisnya kamu senyum ga jelas, terus sudah ku colek ga sadar juga."
"Duh.. kamu itu ganggu aku banget! Aku tuh lagi happy Zaaarr!"
"Happy kenapa? Kamu ga cerita ke aku."
"Sini kamu deketan."
"Apa?" Zahra mendekat, lalu menyodorkan telinga nya.
"Aku sudah di cintai suami aku." Bisik Haura, yang hanya di dengar oleh Zahra.
"WHAT! SERIOUSLY?! JINJA?! KO BISA?!"
"Zarrrr! Jangan teriak, nanti pada tauuu."
"Iya iya maaf, ko bisa?"
"Ko bisa ko bisa, ya bisa lah!"
"Ra, kamu hebattt!!"
"Zar, doain aku terus ya, supaya Pak Naufal juga terus mencintai aku."
"Pasti. Pasti banget."
Zara menepuk pelan pucuk kepala Haura, seraya berkata,
"Traktir aku ya, sebagai kabar bahagia ini."
"Iya siap!"
Selesainya Haura mentraktir Zara, satu mangkuk bakso juga dua gelas es teh manis. Memang sahabat nya yang ini berbeda dengan teman yang lain, selalu enak hati kalau sudah di traktir oleh Haura.
Mereka berniat ke perpustakaan kampus, Haura ingin mencari buku yang sedang ia butuhkan, Karena di perpustakaan Fakultas nya tidak ada, maka Haura harus pergi ke gedung sebelah.
Baru saja membuka pintu kaca perpustakaan itu, pintunya sudah terbuka dari dalam. Terdapat cowo yang tubuhnya lebih tinggi dari Haura maupun Zara.
"Hey bidadari."
Sudah tau kan siapa manusia itu?
Haura hanya mengangguk singkat.
"Aku ga disapa, Ka?"
"Iya iya, Halo, Jar."
"Zahra ka."
Revan hanya mengangkat alisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Cinta
EspiritualROMANCE - SPIRITUAL FOLLOW dulu SEBELUM MEMBACA ❤️ 🌸Slow update 🌸 Aku yang harus berusaha untuk mendapatkan cinta kamu seutuhnya. Aku yang rela menahan sesak setiap kali merasakan dingin nya kamu ke aku. Aku yang setiap malam menangis dalam dia...