🌹 PART LIMA PULUH EMPAT🌹

3.8K 364 79
                                    

KAGET GA AKU UP NYA CEPET?!

JANGAN LUPA LIKE SAMA KOMEN NYA BESTIH!


OHIYAH! TANDAIN KALO ADA TYPO! WAJIB! TERIMAKASIH 🙏🤍








Drrtttt....drrtttt...drrtttt

Handphone yang tergeletak di atas nakas sudah berdering lebih dari tiga kali, Haura si pemilik handphone itu sedang berada di dapur membantu para santriwati yang sedang berjadwal masak di ndalem pagi ini.

Lagi lagi handphone itu berdering, dan pas sekali Naufal baru saja masuk ke dalam kamar nya. Ia melihat handphone Haura yang menyala, dan terdapat nomor tidak dikenal menelpon nya. Baru saja dirinya ingin mengangkat, namun deringan telpon itu berhenti, Naufal menarik tangan nya kembali.

Naufal menghiraukan ponsel itu, iya kembali melanjutkan langkahnya untuk mengambil beberapa kitab di dalam rak bukunya.

Di dapur, Haura asik memotong wortel juga sayuran lain nya bersama para santri.

"Ini sudah Haura potong, mau dicampur dengan kentang nya atau bagaimana?" Tanya Haura.

"Ga papa ditaruh disitu dulu saja, nanti biar aku yang masukin."

Haura mengangguk, lalu bersiap untuk berdiri.

"Ekhm.. Kamu apanya umi nyai ko dekat sekali?" Tanya salah satu santri yang berada disitu.

Jantung Haura berdegup kencang, Allah.. harus jawab apa dirinya sekarang?

"Katanya keponakan nya umi ya?"

"Dia menantu umi."

Bukan, bukan Haura menjawab. Itu adalah suara umi Najwa sendiri. Enam orang yang sedang beraktivitas di dapur kini semua diam mematung, mencerna perkataan umi Najwa.

"Menantu umi? Berarti istrinya siapa umi?" Tanya santriwati itu dengan polosnya.

"Anak umi yang cowok kan hanya Naufal, ya berarti istrinya siapa, Syif?" Tanya umi Najwa lembut, dengan tangan nya yang lihai memotong buah.

"G-gus Naufal, umi?"

Haura hanya terdiam meremas bawah baju nya yang ia kenakan. Harus apa dirinya sekarang?

"Jadi Gus Naufal sudah memiliki istri, Mi?"

Umi Najwa hanya mengangguk dan tersenyum.

"Syifa pikir Gus Naufal belum menikah umi. Maaf ya Ning, kita tidak tahu."

Haura mengerutkan dahinya, ah ya dia pernah dengar sebutan itu sebelumnya.

"Yah.. pupus sudah harapan jadi istrinya Gus ganteng." Gumam santriwati itu. Dan mendapat dorongan kecil dari teman nya.

Umi Najwa hanya terkekeh dan menggelengkan kepalanya saja. Memang banyak yang menginginkan anak sulung nya itu menjadi dambaan hati para santriwati itu, umi Najwa pun sudah memaklumi jika salah satu santriwati itu menyukai anak lelakinya.

"Emmm umi.." panggil Haura pelan.

Umi Najwa segera menoleh, dan mendekatkan telinganya ke arah Haura.

Takdir Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang