•
•
•
Sate yang telah dibeli Haura sudah disiapkan di atas piring besar yang berada di meja makan. Naufal sudah duduk rapih dan ingin segara mengicip sate tersebut.
"Bapak mau dikasih sambel?"
Naufal mengangguk.
Dengan telaten, Haura menuangkan semua sambal merah itu kedalam bumbu kacang, dan mulai di aduk nya.
Naufal mengambil 5 tusuk sate dan diletakkan di atas piring nya, tidak lupa dibaluri sambal kacang yang sudah dicampur dengan sambal oleh Haura.
Mereka mulai memakan nya, belum selesai makan perut Haura sudah tidak tahan dengan rasa panas sakit nya. Ia berusaha untuk biasa saja.
Naufal sudah lebih dulu menyelesaikan makan nya, dan sekarang tengah bersiap untuk melaksanakan sholat isya. Haura masih berkutik dengan piring kotornya.
Setelah semua beres, ia segera melayangkan kakinya untuk menuju kamar nya. Baru setengah tangga perutnya keram, ia tidak tahan dengan sakitnya.
Keseimbangan nya hampir goyang, untung saja ada sebuah tangan yang yang berusaha merampas tubuh rampingnya itu.
"Haura... Haura, sadar Haura. Kamu kenapa hey!" Tanya Naufal dengan khawatir.
Haura hanya memegang perut nya sambil merintis ke sakitan. Naufal segera menggendong diri Haura ala bridal style dan membawa nya ke kamar milik Naufal.
Naufal meletakkan tubuh Haura di kasur empuk itu, pelan pelan ia mencoba untuk menyadarkan Haura.
"Ra, kamu bisa dengar saya?"
Haura masih merintis kesakitan dengan mata terpejam nya.
"Ssshhh.. sakkiit ya Allah." Ucap Haura dengan masih memegang perut nya.
"Haura, ada apa? Kenapa dengan perut mu? Apa yang sakit?"
"Sakit sekali perut, Haura." Lirih nya.
Air mata Haura sudah banyak yang menetes.
Naufal teringat, terakhir kali ia memakan sate yang begitu pedas dengan Haura. Naufal curiga kalau Haura tidak bisa memakan makanan yang pedas.
"Apa kamu tidak bisa makan pedas, Ra?" Tanya Naufal.
Haura mengangguk. Naufal mengusap wajahnya kasar, ia segara mengambil berbagai minyak-minyak-an yang ia punya.
Ia mengambil minyak kayu putih, ada perasaan ragu untuk mengoleskan di perut sang istri. Tapi tidak ada cara lain selain tangan nya yang harus mengoleskan minyak itu ke perut Haura. Toh mereka sudah halal.
Naufal dengan hati hati dan mata terpejam mengangkat baju Haura untuk mengoleskan nya, dan diusap nya dengan lembut. Haura sempat kaget merasakan perut nya yang dipegang oleh suaminya itu.
"Masih sakit, Ra?" Tanya Naufal.
Haura mengangguk. Naufal segara bangkit dari duduknya untuk mengambil kunci mobil milik nya.
"Saya antar ke rumah sakit saja ya?"
Haura menggeleng. "Shh.. tolong ambilkan obat pereda nyeri di laci itu."
Naufal bingung. Ini kan kamar milik nya, bukan kamar milik sang istri. Haura belum menyadari bahwa ia berada di kamar suaminya.
Naufal segera beranjak menuju kamar sebelahnya, dan mencari obat pereda nyeri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Cinta
EspiritualROMANCE - SPIRITUAL FOLLOW dulu SEBELUM MEMBACA ❤️ 🌸Slow update 🌸 Aku yang harus berusaha untuk mendapatkan cinta kamu seutuhnya. Aku yang rela menahan sesak setiap kali merasakan dingin nya kamu ke aku. Aku yang setiap malam menangis dalam dia...