Bagian 2.7

28K 3.4K 142
                                    

Lagunya cocok sama part ini. Jangan lupa didengerin ya!

Happy reading
~||~

            Bandara Halim Pernadakusumah. Alif jarang sekali menginjakkan kaki dibandara ini, dia juga tidak pernah mendapatkan penerbangan di Halim, tentu saja karena pesawat yang dibawanya hanya melayani rute dari bandara soekarno-hatta.

Tetapi kali ini akhirnya Alif menginjakkan kakinya dibandara Halim. Bukan untuk membawa salah satu pesawat yang sudah berada di parking area, tetapi sebagai penumpang. Hari ini hingga tiga hari kedepan, Alif mendedikasikan dirinya untuk perusahaan Papanya yang bergerak dibidang pertambangan itu. Maka dari itu, disinilah dirinya sekarang, menunggu kolega-kolega perusahaan Papanya yang sama-sama bernaung di holding company pertambangan besar di Indonesia untuk melakukan visit site di Kalimantan.

Sambil menyesap kopinya disalah satu lounge maskapai milih salah satu mantan Menteri Indonesia itu, Alif kembali mengingat bagaimana giat Papanya untuk bisa sampai dititik ini.

Delapan tahun yang lalu ada titik tertinggi yang pernah dicapai oleh Papanya. Perusahaan yang bergerak dibidang kontraktor batu bara itu didirikan oleh Papanya dan satu temannya berada dipuncak kejayaan. Alif ingat saat event kampus yang dijalaninya merugi, dia dengan mudah langsung meminta Papanya untuk membantu menutupi kerugian dan saat itu juga sang Papa langsung mengiriminya uang 25 juta sesuai permintaan Alif.

Namun tentu saja, roda kehidupan berputar dan itu juga berlaku untuk perusahaan mereka. Saat harga batu bara anjlok dan permintaan menurun, pada akhirnya mereka membutuhkan investor untuk tetap menggerakan perusahaan. Ditengah-tengah proses penawaran investasi itulah Alif memutuskan untuk menerima tawaran Papanya mengambil sekolah penerbangan agar Alif dengan cepat dapat membantu Papanya memulihkan usaha mereka yang saat itu tengah dalam krisis.

Sambil menunggu Alif bekerja, Papanya dan temannya tersebut akhirnya dapat menemukan dua orang investor yang ingin menanamkan modal. Tidak tanggung-tanggung, angkanya mencapai 15 ribu lembar saham. Hal itu sama saja membuat kedudukan Papanya Alif tergeser karena saat itu beliau hanya memiliki 5 ribu lembar saham, begitu juga dengan temannya.

Pada akhirnya, Alif dan Papanya memutuskan untuk menarik saham mereka dari perusahaan yang telah mereka bangun sendiri dan kembali memulai dari nol usaha mereka dengan ikut bergabung bersama perusahaan induk yang tak lain adalah perusahaan yang dulu dibangun dengan keringatnya.

Menyedihkan, tentu saja. Siapa yang rela perusahaan yang sudah dibangunnya dari nol kini diambil alih oleh orang lain? Namun begitu Alif patut bersyukur dan bangga karena walaupun kini perusahaan itu bukan milik mereka lagi, setidaknya perusahaan itu kini semakin berkembang dan besar tanpa menghilangkan visi misi yang dulu diciptakan oleh papanya. Dan tentu saja, Alif dan Papanya masih berada didalam circle perusahaan mereka dulu itu.

Kini perusahaan kecil yang dulu dibangunnya telah menjadi induk perusahaan bagi dua perusahaan tambang besar milik negara yang berhasil diakuisisi, hotel yang berada di Bali dan Jakarta, perusahaan importir mobil sport, hingga akan membuat mini city yang tempatnya masih belum Alif ketahui.

Gila, fikir Alif. Dia tidak tahu berapa banyak uang yang dimiliki mereka sampai mereka banyak sekali mengakuisisi perusahaan-perusahaan besar hanya dalam kurun waktu kurang dari 5 tahun.

"Loh Alif?" Alif yang merasa namanya disebut segera menengadah dan menemukan Jason didepannya dengan wajah kaget.

"Jason? Ngapain disini?" tanya Alif tidak kalah kagetnya.

Holding Onto youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang