Bagian 2.10

44.7K 3.4K 412
                                    

Special
Alif point of view,
because.. why not? 😜

Enjoy

~||~

            "Saya terima nikah dan kawinnya Andri—" Shit gue salah nyebut nama. Gue melirik kearah penghulu disebelah Om Azka dan tentu aja gue gak berani melirik wajah calon mertua gue ini. Malu banget, asli!

Penghulu itu berdeham dan beristigfar diikuti dengan para saksi dan keluarga serta kerabat yang sedang berada didalam ballroom hotel bintang lima ini untuk menyaksikan gue menikahi Adrianna.

"Istigfar ya Mas Alif, Tarik nafas, rileks," ucap penghulu itu pada gue dan dengan senang hari gue ikuti sarannya. Jangan sampai gue tiga kali salah ngucap, bisa gagal pernikahan gue hari ini.

Gue bahkan gak berani untuk melirik perempuan yang lagi gue nikahi ini. Apa karena ada dia ya gue jadi nervous dan akhirnya lidah gue kelu? Tau gitu tadi aja gue suruh dia didalem kamar hotel sampai gue selesai ijab Kabul.

Tarik nafas, hembuskan, terus gue ulangi sampai gue rileks. Gue harus rileks tapi nyatanya gue gak bisa rileks. Momen ini jauh lebih bikin gue tegang daripada malam dimana gue pertama kali melakukan solo flight.

"Sudah siap Mas?" tanya penghulu itu.

Gue menarik nafas panjang sambil menutup mata dan menghembuskannya perlahan. "Siap, pak," sahut gue mantap.

Penghulu itu kemudian membaca doa-doa pendek kemudian meminta Om Azka untuk menjabat tangan gue kembali.

Bismillah.

"Saya nikahkan engkau Alif Elfarabi bin Malik Sudarsono dengan putri saya Adrianna Ayunika Reynand binti Azka Hafiz Reynand dengan mas kawin logam mulai seberat 88 gram dan alat sholat dibayar tunai," Om Azka menjabat kencang tangan gue.

Gue menatap Om Azka. "Saya terima nikahnya Adrianna Aunika Reynand binti Azka Hafiz Reynand dengan mas kawin tersebut tunai," ucap gue mantap.

Penghulu itu kemudian melirik pada dua saksi yang berada di kedua ujung meja. "Sah?" tanyanya.

"Maaf, pak. Belum sah. Saudara Alif salah menyebut nama Adrianna dengan benar." Jawab saksi dari pihak gue.

Gue melongo. Sumpah demi apa gue salah nyebut nama Adrianna?

Penghulu itu mengerutkan keningnya. "Iya, Alif menyebut Aunika bukan Ayunika," sahut Om Azka membuat tubuh gue dingin seketika.

Anjir, gue salah nikahin anak orang nih? Kira-kira ada gak tuh cewek yang namanya sama kayak calon bini gue tapi beda nama tengahnya doang? Jangan sampe deh!

Gue melirik Adrianna dan perempuan gue ini sudah melirik gue dengan sengit. Belum sempat gue mendengar ucapan penghulu lagi, tangan Adrianna sudah melayang memukul-mukul bahu gue tanpa ampun dan yang gue bisa lakukan hanya menutup mata dan melakukan self defense dengan tangan gue. Menahan tangannya untuk tidak memukul kepala gue.

"Alif,"

"Lif,"

"ALIF!!"

Gue berjengit kaget. Saat gue membuka mata, gue melihat sekeliling dan gue sudah tidak berada di ballroom hotel Fairmont lagi, tapi ini di –

"Bangun! Kamu tidur gelisah gitu, pindah kamar gih," dihadapan gue, Adrianna sedang duduk dilantai menghadap gue. Sekali lagi gue melihat sekeliling dan ternyata gue ada dirumah Adrianna, lebih tepatnya berada diruang televisi rumahnya.

Holding Onto youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang