5. Freedom

2.3K 303 24
                                    

Setelah makan malam selesai,  Dara bergerak menuju ruang kerja suaminya. Sebagai seorang istri dan juga seorang ibu, Dara tidak menginginkan ada kekerasan di dalam rumahnya. Semua bisa dibicarakan baik-baik tanpa harus main tangan. Dara sendiri tidak mengerti mengapa Jeewon tega melakukan itu pada anaknya sendiri.

Dara memilih berhenti di depan pintu saat mengetahui ada Jisoo dan Jennie di sana. Terlihat Jisoo sedang berdiri di depan meja kerja Jeewon sementara Jennie dengan minim rasa sopan berbaring di sofa.

"Jennie, apa kau tidak punya sopan santun?" Teguran Jeewon bagaikan angin lewat di telinga Jennie. Jennie sama sekali tak menggubris ucapan Jeewon

"Appa, tolong maafkan aku karena telah membentakmu, aku tidak sengaja melakukannya." Jisoo menundukkan kepalanya.

"Jisoo maafkan Appa, Appa sama sekali tidak membencimu sebaliknya Appa sangat menyayangimu dan juga Jennie. Tapi kau sungguh mirip dengan ibumu, setiap kali melihatmu aku selalu terbayang akan kesalahan yang telah kulakukan pada mendiang ibu kalian. Dan kau adalah putri sulung keluarga ini, sudah sepatutnya kau menjadi kebanggaan ku." Jeewon membatin dalam hatinya

Jisoo memang sangat mirip dengan ibunya. Bukan hanya wajah tapi sifat, tingkah laku, impian, bahkan cara bicara mereka sangat mirip.

"Jangan ulangi lagi kesalahanmu. Mulai sekarang kau bebas pergi ke mana pun yang kau mau. Tapi ingat, jangan sampai itu mempengaruhi nilaimu."

"Terima kasih, Appa." Jisoo merasa sangat senang, akhirnya dia bisa mendapatkan kebebasannya kembali.

"Jangan coba-coba menulis buku lagi, itu tidak berguna. Lebih baik kau fokus pada kuliahmu." Ucapan Jeewon membuat Jennie sangat penasaran, apa sebenarnya yang membuat ayahnya itu melarang keras Jisoo hanya sekedar untuk menulis buku. Lagi pula Jisoo sudah menuruti Jeewon agar memilih program studi manajemen bisnis.

Jennie menuju meja ayahnya. "Kenapa tidak boleh? Bukankah Eomma juga seorang penulis? Aku yakin Jisoo unnie pasti bisa seperti bahkan melebihi kesuksesan Eomma sebagai seorang penulis." Jennie berujar begitu berada di hadapan Jeewon

"Appa, maafkan Jennie. Dia hanya asal bicara. Kami permisi dulu." Jisoo langsung menyeret Jennie atau keributan pasti tidak akan terhindarkan nanti

"Selamat malam, Eomma," sapa Jisoo saat melihat Dara yang ada di depan pintu. Mendapati sikap Jennie yang cuma diam, Jisoo meremas lengan Jennie.

"Selamat malam Nyonya-- maksudku Eomma." Jennie menyunggingkan senyumnya yang terlihat sangat dipaksakan.

Dara memeluk dua saudara kembar yang merupakan anak tirinya itu. Dia merasa menjadi ibu yang buruk selama ini. Kekerasan itu terjadi di bawah hidungnya, tapi tetap saja dia tidak mengetahuinya. Kedua putrinya itu sudah mengalami banyak kesulitan selama ini dan itu terjadi karena kelalaiannya.

Dara terlalu sibuk dengan dunianya hingga melupakan bahwa dirinya adalah seorang ibu. Bahkan dia juga mengabaikan anak kandungnya sendiri hanya demi uang dan ketenaran.

Dara melepaskan pelukan yang Jisoo dan Jennie sangat rindukan, pelukan seorang ibu yang telah lama tak mereka dapatkan. Setelah beberapa saat terdiam, Jennie yang sudah kembali ke kenyataan langsung menarik Jisoo menuju kamar mereka.

Dara pun memasuki ruangan yang di dominasi warna abu-abu itu.

"Yeobo, kau kemari? Ada apa?"

"Apa kau sering memukuli Jisoo?" Jeewon menghentikan gerakan tangannya yang semula mengetik pada keyboard laptopnya.

"Ya, lalu?" Jeewon melanjutkan kembali aktivitasnya.

Twins ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang