30. Chaos

1.7K 196 14
                                    

Mumpung weekend :)
.
.
.
.
.
.
.
Di sebuah ruangan perusahaan dengan nama yang cukup terkenal, duduk seorang pria yang menjabat sebagai seorang manajer umum perusahaan tersebut. Dengan santainya pria itu meletakkan kakinya di atas meja layaknya orang minim tata krama. Tanpa memedulikan dokumen yang sudah menumpuk pria itu malah asik berbicara dengan seseorang melalui telepon genggamnya. Orang yang sangat tidak berkompeten dalam pekerjaannya. Orang dengan sifatnya yang pekerja keras namun arogan dan tidak tau caranya bangkit dari keterpurukannya. Baru sekali mendapat kesengsaraan sudah mengubahnya menjadi seorang kriminal yang bersembunyi dibalik sebuah wajah mengagumkan.

"Singkirkan dia. Kau harus berhasil." Ucapnya pada seseorang di seberang sana.

Sebelah tangannya senantiasa memegang koran lama yang memberitakan seorang pengusaha yang terbunuh akibat ambisinya sendiri. Koran itu menuliskan, Song Hyunshik pria terhormat yang bunuh diri setelah ketahuan menjadi pelaku utama dalam sebuah penyelenggaraan investasi bodong. Sebelum polisi berhasil menangkapnya, dia sudah ditemukan tewas gantung diri di kediamannya. Mantan pria terhormat yang berakhir dengan cara yang hina.

"Hwang Jeewon kau akan segera menerima akibatnya." Ucapnya bermonolog.

Hanya dia, Song Minho yang mengetahui dimana letak keterlibatan Jeewon dalam hal ini. Hingga menyebabkan Minho menggunakan segala cara untuk menuntaskan dendamnya yang tak berdasar.

"Minho! Jangan membuat aku menyesal karena masih membiarkan mu disini. Ingatlah kau hanya karyawan, kau bukan lagi seorang pemilik perusahaan. Bersikaplah layaknya seorang karyawan, kau bisa saja ku tendang dari sini."

Pintu ruangan itu kembali tertutup dengan kasar. Bukannya merasa bersalah lalu bertanggung jawab, Minho hanya mengabaikan teguran itu dengan hati yang dongkol. Seharusnya dia sadar bahwa dia sangat membutuhkan uang dari gajinya itu untuk perawatan ibunya yang juga berada di ambang kematian. Tapi Minho terlalu dibutakan oleh dendam. Jika memang dia punya sedikit saja kewarasan, dia akan lebih memilih menggunakan uangnya untuk biaya berobat ibunya dibandingkan membayar orang untuk membunuh orang lain yang bahkan tidak tahu-menahu mengenai permasalahan ini. Sehingga untuk menambal kebodohannya, adiknya lah yang harus menanggung biaya itu dan turut terlibat dalam dendamnya.






___________


Jisoo bergerak gelisah di atas ranjangnya. Jika memang adiknya sedang baik-baik saja dia pasti sudah ada disini sekarang, tapi tidak ada tanda-tanda bahwa Jennie akan datang ke ruang rawatnya. Jisoo sudah bertanya pada Chaeyoung dan Lisa sebelum keduanya pergi, tapi dia sama sekali tidak puas atas jawaban mereka. Dia tau mereka sedang berbohong, mereka melakukan kebohongan yang sia-sia. Diantara mereka semua Jisoo lebih tau mengenai keadaan Jennie.

Dia sudah berusaha turun dari ranjangnya namun kakinya seakan tak mampu menopang berat tubuhnya. Pening di kepalanya pun belum sepenuhnya menghilang. "Sial!" Umpatnya begitu dia jatuh terjerembab di lantai. Tidak ada siapapun disana, itulah yang membuat Jisoo semakin yakin sesuatu yang buruk tengah menimpa adiknya. Mereka tidak berhak menyembunyikan informasi mengenai keadaan Jennie. Dia adalah kakaknya yang berhak tau segala sesuatu yang menimpa adiknya.

Hyunjin datang untuk memeriksa perkembangan kesehatan Jisoo. Dia menggelengkan kepalanya saat melihat Jisoo yang kini terduduk di lantai. Hyunjin tau apa yang ada di pikiran Jisoo saat ini. Setelah kejadian semalam semua orang tau tentang apa yang sebenarnya terjadi pada Jennie.

"Biar imo bantu." Hyunjin mendudukkan Jisoo di sebuah sofa yang ada disana. Dia mengelus punggung tangan Jisoo yang masih ditempeli selang infus. Hyunjin akhirnya tau kenapa kondisi Jisoo bisa sampai memburuk seperti ini. Pantas saja jika Jisoo sampai stres, dia sangat tau kemungkinan terburuk dari keadaan Jennie saat ini. "Dia baik-baik saja. Hanya butuh istirahat yang lebih banyak."

Twins ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang