24. Evident

2K 248 24
                                    

Sinar mentari pagi menembus jendela kaca di setiap bangunan yang memilikinya. Suara dentingan alat dapur sama sekali tidak mengusik tiga gadis yang tertidur dengan damainya. Semalam adalah hari yang melelahkan. Banyak hal telah terjadi salah satunya, Jisoo yang tiba-tiba saja menjadi seorang pemabuk.




Brukk

Jisoo meringis dikala tubuhnya jatuh menyentuh lantai. Kepalanya terasa sangat berat bahkan sekedar untuk bergeser rasanya sangat menyakitkan. Sesekali dia melenguh karena kepalanya yang sama sekali tidak bersahabat. Dengan mata yang masih terpejam, Jisoo mengingat kembali kejadian semalam. Dan itu sukses membuatnya semakin pusing.

"Unnie kau baik-baik saja? Biar ku bantu." Chaeyoung yang baru bangun terkejut karena melihat Jisoo yang terbaring di lantai. Dia menidurkan kembali Jisoo diatas sofa. Dia menatap Jisoo sejenak. Chaeyoung sangat ingin bertanya tapi rasa bersalahnya lebih tinggi daripada rasa ingin tahunya.

Chaeyoung memutuskan untuk menghampiri Jennie yang sedang memasak di dapur atau mungkin dia sedang melamun, bahkan dia tidak mendengar suara Jisoo yang terjatuh. Padahal jarak antara dapur dan sofa terbilang cukup dekat.

"Jennie unnie makanannya.." Chaeyoung dengan sigap menyelamatkan telur yang hampir gosong itu

"Uh maaf.. Apa Lisa belum bangun?"

"Sudah. Dia masih di tempat tidur, sedang sibuk dengan ponselnya."

"Chaeyoung kau saja yang lanjutkan. Aku harus berangkat kerja."

"Unnie.. ada baiknya kau temui Jisoo unnie dulu. Dia pasti sedang dalam masalah." Ujar Chaeyoung sedikit ragu. Dia bernafas lega karena Jennie menurut dan menghampiri Jisoo yang kelihatannya masih tertidur

"Unnie, bicaralah padaku." Jennie sedikit mengguncang tubuh Jisoo. Jennie merasa dialah penyebab semua ini. Dia sungguh bingung dengan semua ini

"Aku pusing. Kita bicara nanti. Tidak bisakah kau membiarkan aku hidup dengan tenang?" Tanpa berkata-kata Jennie pergi dari sana. Dan saat itu juga Jisoo menyesali kata-katanya. Tidak sadarkah Jisoo bahwa satu kalimat itu saja bisa sangat menyakiti hati orang lain. Terlebih itu adalah Jennie


"Sial!"









_________






Jennie membanting pintu apartemennya dengan keras. Jisoo, pagi-pagi begini dia sudah memancing emosinya. Apa kesalahannya dalam hal ini. Dia tidak melakukan apapun tapi, apa dia bilang tadi? Jennie tidak pernah membiarkannya hidup tenang? Mereka bahkan baru bertemu kemarin.

"Jisoo! Apa salahku kali ini!?!"

Tanpa mandi Jennie mengganti pakaiannya dengan cepat. Dia hanya memakai bedak tipis dan lipstik yang juga tidak begitu tebal. Mandi dan make up itu tidak begitu penting bagi seorang Hwang Jennie. Toh dia juga sudah cantik meski tanpa dua hal itu.

Tanpa sarapan dan lain-lain Jennie langsung berangkat ke kantornya. Keadaan di perusahaan memang sudah sedikit membaik tapi belum pulih sepenuhnya. Jennie sangat beruntung karena masih ada perusahaan Seulgi yang mau menyokong keadaan perusahaannya yang hampir tumbang. Yang dikatakan Seulgi memang benar, dia adalah malaikat penyelamat bagi Jennie dan juga keluarga Hwang.

"Sajangnim, nona Kang Seulgi dan para dewan direksi sudah menunggu anda di ruang meeting."

"Hai Aeri, kau masih ingat kan kejadian tiga tahun yang lalu?"

"T-tentu saja, sajangnim."

"Aku harap kau tidak punya dendam padaku atau kau akan terluka lebih parah. Kau tidak perlu melakukannya dengan sembunyi-sembunyi lagi. Ambil saja bajingan itu. Dan ngomong-ngomong.. kau dipecat." Jennie berlalu meninggalkan Aeri yang merupakan sekretaris pribadinya ups.. mantan sekretaris pribadinya. Jennie sudah dengan baik hati mau menerima jalang itu tapi dia justru menusuknya dari belakang








Twins ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang