Di pagi yang cerah ini, seperti biasa Jisoo hanya diam di rumah dan sibuk dengan laptopnya. Menjadi seorang script writer ada enaknya juga. Dia tidak perlu bersiap pagi-pagi untuk pergi ke kantor. Dia hanya perlu duduk di rumah memandang layar laptopnya dan sesekali datang menemui produsernya. Entah karena apa Jisoo menjadi orang yang pemalas, bahkan dia malas untuk memasak atau membersihkan apartemennya sendiri. Menjadi orang kaya membuatnya sangat konsumtif.
Lagipula, Dara juga setiap hari datang ke apartemennya untuk mengantarkan makanan. Tapi sepertinya pagi ini Dara tidak datang, Jisoo memakluminya. Ayahnya sedang mendekam di penjara jadi wajar saja jika Dara sibuk mengurus ini itu. Jisoo jarang sekali tidur sendiri karena Seulgi sangat sering menginap di apartemennya. Meski sudah kaya Jisoo tidak pindah dari apartemen lamanya. Seulgi sudah memaksanya ratusan kali tapi Jisoo tetap pada pendiriannya. Menurutnya, apartemen ini adalah hasil gaji pertamanya dan Jisoo ingin selalu mengingat itu.
"Seulgi! Kau sudah pesan makanannya?!" Teriaknya pada Seulgi yang sedang mandi
"Ya! Sebentar lagi juga akan datang. Tunggu saja."
"Kau berangkat kerja hari ini?"
"Menurutmu? Perusahaan ayahmu sedang sangat kacau saat ini dan aku akan menjadi malaikat penolong untuk membantu adikmu itu. Jisoo.."
"Berhenti disana. Aku tau.. aku hanya belum siap menemuinya. Saat itu pertama kalinya aku merasa sakit hati atas penolakan Jennie meskipun biasanya dia juga tidak menurut padaku. Tapi.. dia bahkan tidak menanyakan tempat tinggalku lagi, dia tidak pernah datang kemari meski sekarang dia sudah mengetahuinya. Dia meninggalkan ku hanya demi seorang laki-laki brengsek seperti Bobby. Jujur saja aku tidak terima."
"Dia pasti juga punya alasan yang tepat seperti mu. Kau tau kan bagaimana Jennie itu? Terkadang aku ingin melihat Jennie yang feminim dan anggun. Melihatnya memakai dress panjang.. wah dia pasti sangat seksi."
"Seulgi! Pikiranmu.. kau bukan gay kan? Jangan-jangan kau menyukai Jennie. Aku tidak akan rela jika Jennie berpacaran apalagi sampai menikah denganmu."
"Jika pun aku gay aku akan memilihmu sebagai istriku-"
"Stop! Kau gila!" Seulgi terkikik mendengar nada kesal dari mulut Jisoo
Jisoo menutup laptopnya saat mendengar ketukan di pintunya. Dia mengambil beberapa lembar uang sebelum akhirnya membuka pintu itu.
Jisoo menghitung kembali uangnya lalu mengulurkannya pada orang yang menurutnya adalah petugas delivery. "Ini uang.. nya." Jisoo dibuat tak bisa berkata-kata melihat orang dihadapannya. Dia menatap orang itu cukup lama
"Kau tidak ingin menyuruhku masuk?"
"O-oh maaf, masuklah." Jisoo menggiring Jennie masuk ke dalam. Jisoo tidak tau harus bersikap seperti apa. Setelah tiga tahun menunggu akhirnya Jennie datang menemuinya. Selama tiga tahun ini saat seseorang mengetuk pintunya, dia sangat berharap bahwa itu adalah Jennie dan sekarang harapan itu terwujud
"Kau ingin minum sesuatu? Ada soda, jus, tapi tidak ada Soju. Kau mau?"
"Kau tidak merindukanku?" Itulah Jennie, selalu to the point. Jisoo menarik nafasnya, dia sangat tau kemana arah pembicaraan ini
"Maaf."
"Maaf."
Mereka saling memandang penuh arti. Kali ini Jennie yang lebih dulu mengeluarkan air matanya. Tidak ada yang tau bahwa dia sangat tersiksa selama ini. Jisoo yang biasanya selalu ada untuknya, dia tidak datang saat Jennie benar-benar membutuhkan dukungannya. Jisoo berbohong, dia bilang dia akan datang saat Jennie terluka tapi Jisoo tidak membuktikan kata-katanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twins ✓
FanfictionTentang dua pasang saudari kembar yang terikat dalam satu keluarga. Berbagai permasalahan akan menanti mereka. Perpisahan hingga persatuan kembali keempatnya 18 Maret - 27 Juni 2021