13. Leave

2K 255 25
                                    

Hening. Satu kata yang merujuk pada ketenangan, kedamaian, kecanggungan, atau malah peperangan. Sejatinya manusia tidak pernah berhenti berperang setiap harinya. Bukan dengan siapapun tapi dengan dirinya sendiri, peperangan tersulit adalah ketika harus menaklukkan diri sendiri, entah itu ego, ketidakmampuan, mengakui kesalahan, menerima kekalahan, menentukan pilihan terbaik, bahkan bagi beberapa orang, ketika hendak makan pun mereka harus berperang melawan keinginan itu.

"Jisoo unnie sebentar lagi appa akan pulang. Kita harus melakukan sesuatu."

"Biarkan saja Jennie-ya, dia tidak akan membunuhku. Lebih baik kau diam saja."

"Apa maksudmu dengan diam saja? Aku tidak akan bisa diam."

Jisoo mengalihkan pandangannya ke arah dua manusia yang duduk diatas ranjang. "Chaeng, Lisa apa kalian benar-benar tidak bisa memaafkanku?" Yang ditanyai tetap tidak menjawab. Dan itu bukan pertanda yang baik

"Disini bukan hanya aku yang melakukan kesalahan. Bukankah seharusnya kau juga minta maaf padaku?" Kata dingin Jisoo membuat semua orang mendongak ke arahnya

Jisoo yang saat ini sangat berbeda dengan Jisoo yang biasanya. Dia sudah muak dengan semua ini. Dia sudah berusaha tetap sabar sejak tadi, dia sudah menyesali perbuatannya dia bahkan rela jika harus bersujud dihadapan Chaeyoung dan Lisa.

Tapi tetap saja dia tidak dihargai. Semua orang menyalahkannya, mereka hanya peduli pada luka masing-masing tanpa mempedulikan bahwa selama ini Jisoo juga merasakan sakit. Dia juga berhak untuk marah, dia juga berhak untuk memuntahkan seluruh isi hatinya.

"Aku juga sama menderitanya seperti kalian. Aku juga terluka disini, setiap bangun tidur hatiku selalu dihinggapi rasa bersalah dan juga rasa takut. Aku tetap diam, aku tidak mengatakan apapun karena aku tau ini memang kesalahanku dan tidak akan ada orang yang bisa membantuku."

"Selama ini aku harus hidup untuk menuruti semua keinginan orang lain, aku tidak bisa mengekspresikan diriku sendiri. Aku selalu dituntut untuk melakukan ini itu, jangan lakukan itu yang ini saja. Dan ini sudah batasku."

"Aku sudah tidak tahan lagi, aku tidak peduli lagi apa yang benar dan salah. Toh semua orang memang sama saja, mereka hanya memikirkan diri sendiri tanpa mempedulikan orang lain."

"Kau juga sama saja denganku, kita tidak banyak berbeda." Jisoo menatap Chaeyoung dengan wajah tanpa ekspresi

"Terserah kalian mau memaafkanku ataupun tidak, itu tidak penting bagiku. Kalian tidak se-suci itu hingga aku harus memohon-mohon maaf dari kalian. Aku tidak peduli lagi dengan semua ini." Jisoo menutup pintu kamar itu dengan keras

"Lain kali gunakan otakmu untuk berpikir sebelum melakukan tindakan seperti ini." Jennie beranjak mengikuti kepergian Jisoo

"Lisa, apa aku sudah berbuat jahat?"

Chaeyoung sendiri juga tidak tau, jika apa yang dia lakukan akan berakibat buruk bagi Jisoo. Jika saja dia tau mungkin dia akan memikirkan cara lain untuk meredakan dendamnya.

"Jujur saja Chaeyoung, aku tidak menyangka kau bisa melakukan hal seperti ini. Bagaimanapun kita ini satu keluarga, tidak sepatutnya kau melakukan ini pada keluarga mu sendiri. Aku tau kau merasa sakit hati atas semua ini, aku juga merasakannya. Tapi seharusnya kau bicarakan ini dulu bersamaku, kita bisa mencari jalan lain untuk menyelesaikannya. Nasi sudah menjadi bubur, semoga saja hal buruk tidak akan pernah terjadi."

"Aku berjanji tidak akan menguntit orang lagi."


***

"Jennie, kau mau kemana?" Tanya Jisoo pada Jennie yang sedang melipat piyamanya

Twins ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang