29. Weakened

1.5K 205 29
                                    

Jisoo melangkah menyusuri lorong rumah sakit menuju suatu ruangan dimana Jennie di rawat. Dia pergi kesana bersama Chaeyoung yang terus memaksa ikut. Padahal Jisoo sudah menyuruhnya untuk pulang atau beristirahat di apartemennya tapi Chaeyoung tetap kekeuh pada keinginannya. Namun seharusnya Jisoo lebih mengkhawatirkan keadaannya sendiri daripada Chaeyoung. Seharusnya Jisoo tidak mengabaikan peringatan dari tubuhnya bahwa dia sangat membutuhkan istirahat meskipun itu hanya sejenak.

"Unnie?" Chaeyoung menengok ke sampingnya yang mana Jisoo seperti kehilangan keseimbangan sehingga  sedikit menyandar pada Chaeyoung.

"Tidak apa-apa Chaeng."

"Kita duduk dulu."

Chaeyoung memegangi Jisoo menuju kursi di dekat mereka. Dia menatap khawatir kakak sulungnya. Jisoo terlihat sesak nafas dan terus memegangi dadanya kesakitan. Chaeyoung tidak tau harus berbuat apa selain bertanya apakah Jisoo baik-baik saja. Meskipun sebenarnya Chaeyoung sangat tau jawabannya.

"Unnie.. kita temui dokter sekarang."

Jisoo tidak menjawabnya. Dia merasa sesak, sakit dan lemas sekaligus. Berbeda dengan Chaeyoung, Jisoo sangat tau kenapa dia merasa seperti ini. "Chaeng.." Ucapan Jisoo terhenti disana. Dia memukul-mukul dadanya yang semakin terasa sesak.

Tanpa kedua gadis itu ketahui, seorang dokter tengah berlari menghampiri mereka. "Jisoo-ya. Chaeyoung kau jaga saja unnie mu. Biar imo yang membawakan brangkar kemari."
Meskipun sedikit bingung, Chaeyoung lebih mengutamakan menuruti perintah imo nya itu. Chaeyoung memegangi tangan Jisoo untuk menghentikannya memukuli dadanya.

"Unnie tahan sebentar lagi. Imo sedang memanggil bantuan."

Tak lama kemudian beberapa suster membawa sebuah brangkar dan membaringkan Jisoo diatasnya. Chaeyoung berusaha mensejajarkan langkahnya mengikuti kemanapun brangkar itu pergi. Genggaman tangan Jisoo pada tangannya terasa semakin kuat lalu melemah, dari situ lah Chaeyoung tau bahwa Jisoo sedang sangat kesakitan. Sampai akhirnya mereka tiba di depan pintu ruang UGD dan dengan terpaksa Chaeyoung harus melepaskan genggaman itu.

"Imo, ada apa dengan Jisoo unnie?"

"Imo akan jelaskan nanti. Kau tunggu disini saja. Jangan khawatir." Dokter ber name tag Seo Hyunjin itu memasuki ruang UGD untuk menangani keponakannya untuk kedua kalinya dalam keadaan yang sama. Ini tidak akan terjadi jika Jisoo tidak melewatkan janji temu nya dengan Hyunjin. Bukan itu saja yang menyebabkan kondisi Jisoo bisa memburuk seperti ini. Beberapa hari lalu dia mengonsumsi alkohol apalagi dengan jumlah yang tidak sedikit. Dia juga melupakan waktu minum obatnya dan yang paling berpengaruh adalah stres. Wajar jika Jisoo sangat mengkhawatirkan Jennie dan ingin yang terbaik untuk adiknya tapi Jisoo juga harus ingat bahwa tubuhnya juga perlu dikhawatirkan.

Chaeyoung terus mondar-mandir di depan pintu UGD itu. Kenapa Jisoo bisa menyembunyikan hal ini dengan begitu rapi seolah dia baik-baik saja selama ini. Entah apakah ini salah mereka yang tidak pernah bertanya atau Jisoo lah yang terlalu tertutup. Chaeyoung merogoh tasnya dimana ponsel berderingnya berada.

"Eomma?"

"Chaeng kau ada dimana? Dan dimana Jisoo? Kalian bilang akan sampai sebentar lagi tadi."

"Eomma, Jisoo unnie.."

"Ada apa dengan Jisoo? Kau menangis?"

"Eomma jangan keras-keras. Ada Jennie unnie disana, dia juga sedang sakit kan? Jangan katakan apapun dulu padanya. Jisoo unnie sedang ada di ruang UGD. Aku tidak tau apa yang terjadi tiba-tiba saja.."

Twins ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang