3. The Past

2.6K 265 15
                                    

Di depan kelas tiga di sebuah sekolah dasar nampak terjadi sebuah kerumunan besar. Di tengah kerumunan para siswa itu terdapat dua gadis kecil yang tampak sudah menangis sambil menutupi telinganya, seakan tidak mau mendengarkan teriakan yang terus saja memenuhi gendang telinga mereka.

Salah satu dari dua gadis korban perundungan itu, berusaha melawan dengan mendorong beberapa anak yang mengerubunginya. Namun, sia-sia, tubuh kecilnya l terhempas saat seorang siswa bertubuh besar mendorongnya.

"Lisa! Kau tidak apa-apa? Apa yang kau lakukan pada adikku? Dasar gemuk." Teriakan gadis itu semakin membuat keadaan semakin runyam. Siswa gendut itu menarik rambut indahnya, lalu mendorongnya hingga tersungkur di lantai

"Rasakan itu, dasar anak haram."

"Aku bukan anak haram!"

"Lalu di mana ayahmu? Kau bahkan tidak mempunyai ayah. Beruntung ibumu tidak membuang kalian berdua. Aku rasa ibumu bisa terkenal karena hasil dari pekerjaannya sebagai jalang."

"Berhenti menghina ibuku!!"

Mau berteriak sekeras apa pun mereka, tetap saja perundungan itu selalu terjadi setiap hari. Sedangkan gadis kembar itu memilih diam daripada harus mengadukannya pada ibunya, Dara. Mereka berpikir Dara sudah cukup menderita dengan stigma buruk yang selalu ibunya itu dapatkan. Mereka tidak mau Dara semakin terbebani oleh masalah yang menimpa dua gadis malang itu

"Dasar anak haram!"

"Anak haram!! Mati saja sana!!"

"Dasar menjijikkan!!"

"Anak haram!!" Teriakan itu terus terngiang dalam telinga mereka

"Hei! Apa yang kalian lakukan? Cepat bubar, atau aku akan mengadukan kalian semua kepada guru. Tunggu apa lagi?!" Mau tidak mau para siswa itu menghentikan aksinya setelah mendengar ancaman gadis galak itu.

"Kalian tidak apa-apa?" ucap salah seorang gadis lainnya

"Kami tidak apa-apa, terima kasih," jawab seorang gadis yang bernama Lisa.

"Bukankah kita sekelas?" tanya si kucing.

"Iya, kalian murid baru itu, kan?" Kedua gadis itu mengangguk.

Kriiing~ Kriiing~

Bel tanda pulang sudah berbunyi, keempat gadis itu berjalan bersama menuju gerbang sekolah.

"Jika kalian mau, kami bisa mengantar kalian pulang."

"Tidak perlu, sopir kami pasti sudah menunggu." Chaeyoung berusaha menolak dengan halus.

"Oh iya siapa nama kalian?" tanya seorang gadis bermata kucing.

"Jisoo! Jennie! Ayo pulang," teriak seorang wanita cantik yang sepertinya adalah ibu dari dua anak yang menolong mereka tadi.

"Maaf kami harus pergi, sampai jumpa." Dua gadis itu berlari memeluk ibu mereka.

"Lisa, kapan kita bisa seperti mereka. Eomma selalu saja sibuk dengan pekerjaannya."

"Chaeyoung sudahlah, ayo kita pulang."

ChaeLisa sudah sampai di rumahnya yang besar dan sepi itu. Bahkan itu tidak pantas disebut sebuah rumah, tidak ada kehangatan keluarga di dalamnya. Ibu mereka, Dara, selalu pulang malam saat mereka tertidur. Mereka hanya sempat bertemu saat sarapan, itupun sangat singkat karena mereka harus menjalani rutinitas hariannya.

"Lisa, apa semua akan berbeda jika kita memiliki seorang Appa? Eomma akan terus bersama kita, kita tidak akan dihina, dan pasti hidup kita akan bahagia," ucap Chaeyoung sambil memandangi langit-langit kamarnya.

Twins ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang