34. Laborious

1.9K 196 15
                                    

Mentari pagi telah menyingsing. Mengganti kegelapan malam dengan sinar terang sang surya. Membawa harapan baru bagi mereka yang memiliki semangat hidup. Hari yang baru berarti pengalaman baru dan perjuangan yang harus lebih ekstra.

Sinar itu menembus jendela kaca tanpa tirai. Membuat mata yang terpejam terusik. Lisa terbangun dengan rasa pegal pada lehernya. Dia melihat sekelilingnya untuk menyegarkan ingatannya. Dia baru sadar kalau ia tertidur dengan menyandar pada bagian kepala ranjang. Pantas saja lehernya terasa kaku. Dilihatnya kakak sulungnya masih tertidur pada sebelah lengannya. Dia memandang sendu wajah damai itu. Semuanya begitu sempurna semalam hingga peristiwa itu terjadi. Semuanya menjadi kacau.

Lisa masih diam pada tempatnya. Sebelah tangannya meraih ponsel pada meja nakas di sampingnya. Sudah jam delapan pagi. Lisa menyamankan posisinya tepat berhadapan dengan Jisoo. Memeluknya lembut seraya menatap wajah cantik kakaknya. Dia menemukan banyak penderitaan disana.

Tanpa sadar air matanya mengalir. Merasa tak berguna karena tidak bisa melakukan apapun. Lisa mengeratkan rengkuhannya. Mencoba menenangkan dirinya sendiri lewat pelukan hangat itu. Tak tau lagi harus berbuat apa, Lisa kembali memejamkan mata bulatnya.

Ingatan masa kecil melayang dalam pikirannya. Sejak kecil mereka berempat sudah dekat meski hanya sebagai teman sekelas. Justru saat menjadi saudara hubungan itu malah sempat merenggang. Saat pertama kali datang ke mansion Hwang, Lisa merasa sangat bahagia. Karena dua gadis yang ia kagumi telah menjadi kakaknya. Saat itu Lisa pikir dia dan Chaeyoung akan semakin di hujani dengan kasih sayang. Tapi ternyata tidak, Jennie justru bersikap dingin. Sedangkan Jisoo, Lisa dan Chaeyoung tau Jisoo mencoba bersikap baik pada mereka meski terpaksa.

Tapi itu hanya masa lalu. Sekarang semuanya telah berubah dengan sangat baik, meski hanya sebagian.

"Jendeukie.." Dengan suara tidak jelas Jisoo meracau dalam tidurnya. Lisa yang semula terpejam, membuka matanya. Dia mendekatkan wajahnya agar bisa mendengarnya lebih jernih.

"Unnie.. tenanglah." Lisa mengusap wajah kakaknya. Jisoo pasti kelelahan setelah menyiapkan malam yang sempurna untuk mereka. Entah berapa banyak tenaga dan uang yang Jisoo keluarkan untuk membuat malam special itu. Apa itu sebanding dengan hasil yang Jisoo dapatkan.

Jisoo membuka matanya. Dalam sekejap rasa pening menyambutnya. "Li-sa."

"Hmm. Kau pingsan semalam."

"Semalam.. Jennie.." Jisoo menggantung kalimatnya. Tak sanggup melanjutkannya.

"Unnie ingat yang terjadi semalam?"

"Apapun itu pasti sangat buruk kan?"

"Ya dan tidak. Kau menjadi sangat kaya ya sekarang. Dari Soju kau beralih pada Vodka yang sangat mahal." Ujarnya mengalihkan pembicaraan ke topik yang lebih ringan. Ini masih terlalu pagi untuk membahas peristiwa semalam. Lagipula tanpa dibahas pun hal itu sudah menjadi topik utama di pikiran mereka.

"Apa kau bekerja sebagai bartender saat di Amerika? Kelihatannya kau sangat berpengalaman."

"Aku juga sering minum saat berada disana." Ujarnya sedikit berbisik. "Ini rahasia, hanya diantara kita."

Jisoo mengulum senyumnya sebentar. Sebelum akhirnya membiarkan bibirnya turun. "Lisa-ya.. apa kau melihat Woobin semalam?"

"Ya dia mengunjungi Jennie unnie. Aku berpapasan dengannya saat menemukan mu pingsan di lorong rumah sakit. Kenapa?"

"Hanya penasaran."





__________

Di rumah sakit, Dara baru saja kembali dari kantin dengan segelas kopi di tangannya. Ia menghampiri putrinya yang tertidur, bukan. Chaeyoung hanya menyandarkan kepalanya pada kedua lengannya di samping Jennie terbaring. Sudah semalaman dia berada disana. Tanpa siapapun ketahui air matanya tak berhenti mengalir. Bagaimana mungkin dia bisa berhenti menangis setelah mendengar penjelasan dokter semalam.

Twins ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang