31. The lawyer

1.5K 193 10
                                    

Begitu terbangun Lisa merasakan nyeri di bahunya karena obat bius yang perlahan menghilang efeknya. Nyeri itu semakin terasa saat dia mencoba menggerakkan tangan kirinya. Beruntung hanya lengan kirinya yang tidak bisa di gerakkan, jika sampai peluru itu menyentuh jantungnya jangankan bergerak, dia mungkin tidak bisa membuka matanya lagi.

Pikirannya yang semula linglung, kini mengarah pada sidang Jeewon yang entah sudah terlaksana atau belum. Sidang ini sangat penting baginya, dia ingin membuktikan pada Jeewon bahwa anak yang dulunya ia buang kini bisa menjadi penyelamat baginya. Seorang anak yang dulunya tidak diakui oleh ayahnya kini akan menjadi penolong bagi ayahnya itu.

Jiwa ambisius dalam dirinya seakan bangkit. Sesuatu dalam dirinya mengatakan bahwa dia harus menang entah bagaimanapun caranya. Kemenangannya sudah di depan mata dan Lisa hanya tinggal meraihnya. Dia tidak bisa berhenti sampai disini. Kerja kerasnya sudah sejauh ini dan inilah harinya, hari untuknya bersinar di depan seluruh keluarga dan orang-orang yang hadir di sidang terakhir ayahnya.

"Berapa lama aku tertidur?"

"D-dua jam."

"Itu artinya masih 30 menit lagi."

"Lisa-ya jangan memaksakan diri. Lagipula masih ada Joohyun yang bisa menggantikan mu."

Lisa terlihat tidak senang mendengar ucapan Chaeyoung barusan. Ayolah dia tidak selemah ini, luka di bahunya tidak apa-apa nya jika dibandingkan dengan kebahagiaannya saat melihat rasa bersalah di mata ayahnya nanti. Lisa sangat ingin melihat sisi terlemah dari ayahnya yang selalu terlihat berdiri kokoh tanpa pernah merasa bersalah dan sangat angkuh. Saat itu terjadi nanti, dia lah yang akan menatap angkuh pada ayahnya. Anggap saja dia kurang ajar tapi seperti yang Chaeyoung katakan, orang yang bersalah harus mendapatkan hukuman.

"Dimana eomma?"

"Eomma berada di.. ruangan Jennie unnie." Ucap Chaeyoung sedikit tidak enak. Dia takut Lisa akan merasa terabaikan karena Dara yang lebih memilih menjaga Jennie dibandingkan adiknya. "Tapi dari tadi eomma juga menungguimu disini." Lanjutnya

"Aku bukan orang yang baperan seperti mu. Tak perlu kau jelaskan. Bisa tolong panggilkan dokternya kemari?"

"Lisa.."

"Unnie aku mohon."

Ucapan Lisa tentu membuat Chaeyoung membelalak kaget. Selama berpuluh-puluh tahun baru pertama kali Chaeyoung mendengar Lisa memanggilnya dengan sebutan yang selayaknya. "K-kau memanggilku unnie?"

Lisa mengangguk dengan ekspresi wajahnya yang menggemaskan membuat hati Chaeyoung menghangat seketika. "Tunggu sebentar." Chaeyoung mendekati sebuah gagang telepon yang tentu saja berfungsi untuk memanggil dokter.

"Semudah itu?" Bisik Joohyun pada Lisa

"Ya semudah itu. Sudah ku bilang dia itu orang yang sangat berlebihan." Balasnya tak kalah berbisik

"Aku kasihan pada Chaeyoung. Orang sebaik dia harus memiliki adik se-kurang ajar dirimu."

Semua tatapan mengarah pada Jisoo yang baru datang bersama Hyunjin yang memapahnya. Dia menolak menggunakan kursi roda dengan alasan ingin lebih banyak bergerak agar tubuhnya bisa segera pulih seperti semula.

Si sulung itu tentu juga khawatir pada keadaan adik bungsunya. Ini adalah pertama kalinya keluarganya mendapatkan serangan seperti ini.

Lisa memalingkan wajahnya begitu Jisoo berhenti di sampingnya. Lagi-lagi Lisa dibuat kecewa oleh sikap kakak sulungnya.

"Bagaimana keadaan mu?"

"Seperti yang terlihat. Aku terbaring tapi masih hidup."

Jisoo tidak menduga Lisa akan menjawab dengan nada sarkas seperti itu. "Kau marah?"

Twins ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang