Kakek dan Nenek

1.9K 242 38
                                    

Min Kyunghoon, ayah Yoongi, mengedip-ngedipkan mata lalu menguceknya untuk memastikan yang ia lihat bukan halusinasi. Putranya tengah mengandung?

"Itu...kau...tapi...Appa...." Bibirnya meracau dikarenakan otaknya yang tiba-tiba mandeg.

Di sampingnya, Kim Jinkyung, ibu Yoongi pun dalam keadaan hampir serupa. Wanita tersebut menatap layar dengan mulut ternganga.

"Yeobo, aku sedang mimpi atau tidak sekarang?"

"Eomma, Appa. Maafkan aku menutupinya selama ini."

"Bibimu di mana?" tanya ayah Yoongi.

"Ada di kamarnya."

"Kalau begitu, matikan dulu ya. Appa mau bicara dengan bibimu."

"Baiklah, Appa. Sekali lagi maafkan aku."

Tut!

Min Kyunghoon meraih ponselnya dan hendak beranjak menuju kamarnya. Namun, kabar mengejutkan yang baru Yoongi sampaikan tampaknya telah merenggut kekuatan tulangnya. Ia terhuyung sebab kakinya terasa gemetar.

"Yeobo, kau tidak apa-apa?" tanya istrinya yang membantunya berdiri.

"Ha? Apa?"

"Kau tidak apa-apa?"

"I-iya. Tidak apa-apa. Terima kasih, Yeobo." Min Kyunghoon berdiri perlahan. "Aku...bicara dengan adikku dulu ya."

"Hemm. Aku menunggu di sini."

---

Yoongi menggigiti kuku sambil mondar-mandir di dalam kamarnya selama Sang Bibi berbicara dengan ayahnya di dalam kamar wanita tersebut. Ia mencoba menebak isi pembicaraan mereka walaupun sudah jelas pasti mengenai dirinya dan kehamilannya. Namun, ia juga takut bercampur cemas jika bibinya akan disalahkan karena ini.

Ceklek!

Ia mendengar suara pintu kamar bibinya dibuka, membuatnya bergegas keluar dari kamar.

"Bibi, sudah selesai?"

"Sudah. Apa kau menunggu lama?"

"Rasanya begitu, Bi."

Chaeyoung tertawa. Ia mendekati sofa dan memberi aba-aba agar Yoongi mengikutinya.

"Appa marah?"

"Hmm...menurut Bibi, tidak. Sangat terkejut, sudah pasti. Kau tahu Appa-mu itu tidak pernah bisa marah apalagi pada anak-anaknya."

"Apa Bibi disalahkan?"

"Tidak, tapi Appa-mu berulang kali bertanya mengapa aku tidak memberi tahu mereka sejak awal." Chaeyoung menangkup tangan keponakannya. "Mereka akan datang sebelum operasimu. Kau bisa mempersiapkan mentalmu untuk bertemu mereka langsung."

"Baiklah, Bi. Terima kasih."

"Sama-sama."

---

"Bi, aku berangkat dulu ya," pamit Yoongi setelah merampungkan sarapannya.

"Bibi antar ya. Rasanya kuatir sekali melihatmu naik turun bus dengan perut sebesar itu."

"Tidak apa-apa, Bi. Kuanggap saja olahraga hehe. Lagipula, Bibi bilang ada janji dengan pegawai Bibi pagi ini. Bibi bisa terlambat kalau harus mengantarku dulu."

"Benar juga. Kalau begitu, Bibi pesankan taksi ya."

Yoongi membuka mulut hendak protes.

"Eits, dilarang protes. Setidaknya dengan begini, Bibi bisa yakin kau sampai dengan selamat."

Major Kim, Teacher MinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang