Yoongi menangis sendirian di dalam mobil Direktur Jang. Hatinya sakit bukan main mendengar tuduhan Taehyung padanya. Pria sialan itu tak tahu seberapa sering Yoongi menangis memanggil namanya selama mengandung? Betapa sulit baginya menyimpan sendiri semuanya dan menjadi orang tua tanpa pendamping di usia muda.
"Kim Taehyung bangsat hiks...."
Bukannya Yoongi tak bersyukur didampingi keluarga dan teman-teman kuliahnya selama ia hamil dan membesarkan putrinya. Tetapi, tetap saja semuanya membuatnya kewalahan. Bukan sekali dua kali ia sempat merasa ingin menyerah. Beruntung akal sehatnya bekerja dan menguatkannya untuk terus mempertahankan putrinya, gadis kecil kesayangannya.
"Hiks...sakit...." Yoongi memukul-mukul dadanya mengingat yang baru saja Taehyung katakan. "Sakit, Tae...kau jahat sekali hiks...."
---
Taehyung termenung entah berapa lama sebelum meninggalkan ruangan dan kembali ke hall. Ia melihat banyak orang masih mengobrol atau mencoba berkenalan dengan orang-orang yang baru mereka temui. Matanya melihat ke sekeliling namun tak menangkap sosok Min Yoongi.
"Mayor Kim, apa Anda baru saja membunuh seseorang?"
"Apa?" Taehyung menatap pria perlente di depannya. "Maksud Anda, Tuan Wang?"
Jackson terkekeh. Ia menyesap minuman di tangannya.
"Anda mungkin perlu berkaca sebab sekarang, Anda terlihat menyeramkan. Seolah-olah akan menggigit siapapun yang mendekat."
Taehyung mencoba mengatur nafasnya.
"Apa Anda melihat Direktur Min?"
"Pulang. Beliau berpamitan karena merasa kurang enak badan."
"Oh." Taehyung berucap singkat. "Maaf. Saya permisi dulu, Tuan Wang."
Taehyung melangkah pergi meninggalkan tempat acara tanpa menoleh. Ia menuju mobilnya dan mengemudi meninggalkan pangkalan menuju apartemennya namun menepikan mobil saat baru setengah jalan. Ia menyandarkan kepalanya di atas kemudi dan memejamkan mata.
"Yoongi-ah, maafkan aku...."
Ia tak tahu apa yang membuatnya marah begitu saja pada Yoongi hingga mengatakan banyak hal yang menyakiti pria itu. Ingin rasanya ia mengumpat dan memukuli dirinya sendiri tetapi sakit yang ia rasakan tak sebanding dengan luka yang ia goreskan di hati Yoongi.
"Yoongi-ah...aku harus bagaimana?"
Tangannya meremas dan menarik-narik kuat rambut pendeknya, berharap otaknya akan mampu menghasilkan rencana cara meminta maaf pada Yoongi.
Buntu. Masih buntu.
"Kalau aku datang ke rumahnya sekarang, apa dia mau menemuiku?"
Ia menyandarkan tubuh dan merasa frustrasi setengah mati.
"Sarangie...Putriku Sayang, sekarang harus bagaimana?"
---
Setelah hampir satu jam dalam kondisi stagnan, Taehyung kembali mengemudikan kendaraan menuju kompleks apartemennya. Sesampainya di sana, ia membuka sepatu dan melemparkan kunci mobilnya ke sembarang arah lalu berdiri di tengah ruangan.
Imajinasinya menampilkan bayangan Yoongi, Sarang, dan dirinya menghabiskan waktu bersama menonton film atau memasak. Sarang yang ceria berlari ke sana sini dengan Taehyung di belakangnya dan Yoongi yang tertawa melihat ayah dan anak itu.
Bayangan yang berhasil membuatnya menangis.
"Apa aku memang tidak berhak bersama mereka?"
Taehyung membiarkan air matanya mengalir dan isak tangisnya menggaung di ruangan sepi itu. Entah berapa lama ia duduk meratapi kebodohannya serta bayangan indah bersama keluarganya sendiri yang barangkali tidak akan pernah terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Major Kim, Teacher Min
RomanceKim Taehyung pertama kali bertemu dengan Min Yoongi saat ia pindah di tahun terakhirnya di SMA. Keduanya berteman dekat tanpa perasaan lebih. Murni hanya sebagai teman. Hingga sesuatu terjadi suatu malam di dalam mobil ayah Taehyung. TaeGi M-preg