Kim Ilwoo

747 96 24
                                    

Kim Ilwoo, 17 tahun

Ting tong!

"Ilwoo-ya, tolong bukakan pintu. Appa masih di dapur."

"Oke, Appa."

Ilwoo berjalan ke arah pintu depan dan melihat seorang kurir yang mengantar sebuah paket.

"Ya?"

"Permisi. Paket untuk Tuan Kim Ilwoo. Silakan tanda tangan di sini."

"Baiklah. Terima kasih."

Ilwoo menatap kotak di tangannya. Ia penasaran siapa pengirimnya yang tak tercantum di sana. Ia membawa kotak tersebut ke kamarnya dan membukanya. Ia mengambil benda yang terdapat di dalamnya. Sebuah jam tangan analog berwarna hitam.

"Jam tangan?"

Ia menemukan sebuah amplop berwarna hijau di dalam kotak tersebut. Ia dapat mencium aroma vanila saat mendekatkan amplop tersebut ke hidungnya.

Kim Ilwoo,

Kuharap kau suka jam tangannya. Aku ingin memberinya langsung tapi aku tidak berani. Jika kau menyukainya, pakailah besok saat ke sekolah. Jika tidak, kau bisa memberinya pada orang lain.

PS : Aku belum tahu warna kesukaanmu jadi kupilih warna hitam yang cukup netral

Ilwoo menyentuh permukaan jam tangan dengan tali hitam tersebut dan tersenyum.

"Aku suka hitam dan kurasa sekarang aku juga suka hijau."

---

"Kapan kau beli jam tangan baru?" tanya Minwoo saat melihat pergelangan tangan kiri Ilwoo. Kedua saudara kembar itu baru saja sampai di sekolah setelah diantar oleh ayah mereka.

"Tidak beli. Hadiah."

"Dari siapa?"

Ilwoo mengangkat bahu.

"Dikirim lewat kurir kemarin. Aku akan mencari tahu mulai hari ini."

"Wohoooo penggemarmu mulai muncul ternyata."

Ilwoo mendengus tanpa menanggapi lebih lanjut.

"Hai, Minwoo. Hai, Ilwoo."

"Minwoo Sunbaenim. Ilwoo Sunbaenim. Selamat pagi."

Beberapa siswa menyapa dua siswa yang cukup terkenal seantero sekolah karena ketampanan mereka dan tinggi badan yang di atas 190 centimeter. Oh, jangan lupakan juga kebiasaan mereka terlibat perkelahian. Namun, di mata sebagian besar siswa, keduanya justru sangat menarik.

"Hey Men, wassup wassup?" sapa teman-teman mereka. "Kalian nonton basket kemarin malam? Wow! Rugi kalau kalian tidak nonton."

Para remaja tersebut kemudian terlibat pembicaraan tentang pertandingan basket di televisi dan tak memperhatikan sekitarnya hingga Ilwoo mengendus aroma vanila yang sama dari amplop hijau yang ia terima kemarin. Ilwoo menengok ke belakang dan hanya melihat beberapa siswi yang berjalan sambil bergosip.

"Di mana dia? Wanginya belum hilang," batinnya.

Ilwoo kembali mendengarkan teman-teman dan kembarannya berbicara meskipun indra penciumannya tengah bekerja keras mencari pemilik wangi vanila yang membuatnya penasaran.

"Kau kenapa?" tanya Minwoo yang memperhatikan gelagat aneh Ilwoo sejak tadi.

"Tidak apa-apa."

Ilwoo mengerucutkan bibir sebab wangi vanila tersebut hilang dari radar penciumannya. Sial!

Major Kim, Teacher MinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang