TWISTED || 2

42 13 3
                                    

Di tengah hiruk pikuk pertandingan, Aksa hanya mengamati teman-temannya yang sedang berbalas yel-yel dengan pendukung tim lawan. Sedangkan Rayan? Tentu saja cowok itu sedang melotot melihat anak-anak cheerleaders yang sedang meneriaki tim unggulannya. Jika ini adalah komik, mungkin wajah Rayan akan digambarkan seperti pria hidung belang lengkap dengan darah yang mengalir dari lubang hidungnya.

Malam ini adalah pertandingan final basket yang diselenggarakan di sport hall SMA Motacilla. Gedung olahraga yang begitu megah ini memang sering digunakan untuk beberapa kompetisi olahraga baik kegiatan internal maupun eksternal sekolah.

Suara pembawa acara yang begitu semangat memenuhi telinga Aksa, membuatnya menutup telinga kanan dengan telunjuknya.

Semua penonton berdiri ketika Ezra, pemain unggulan SMA Motacilla kembali mencetak skor. Mereka bersorak gembira karena pria tampan itu baru saja mengungguli lawannya 1 poin. Rayan ikut berdiri, bukan karena tertarik dengan aksi hebat Ezra, melainkan kesal karena penglihatannya terhalang oleh penonton lain yang sibuk menyanyikan yel-yel kemenangan.

Ketika suasana mulai lebih kondusif, mata Aksa menangkap keberadaan perempuan yang sangat familiar olehnya. Perempuan itu terlihat datar di tengah kehebohan orang-orang di sekitarnya.

Siapa yang tidak kenal Naraya Adeeva Bramono? Perempuan cantik—amat cantik—yang merupakan cucu pemilik SMA Motacilla, ketua geng Three Angels yang paling ditakuti, langganan keluar masuk ruang BK, dan namanya selalu ada di paralel terbawah. Semua orang pasti sangat mengenal perempuan itu.

"YEEEEEEYYYY TUAN RUMAH MENANG!!!!" Guncangan hebat di pundaknya menyadarkan Aksa kembali. Semua penonton di tribun berdiri, termasuk dirinya yang ditarik paksa oleh Rayan dan ikut serta merasakan euphoria kemenangan tim basket sekolah mereka.

Beberapa penonton berhamburan ke lapangan dan memberi pelukan bangga kepada teman-temannya. Ada beberapa siswi yang memberi minum atau cokelat kepada pemain jagoan mereka. Hampir semua anggota tim SMA Motacilla mendapat perhatian dari siswi cantik.

"Gak nyesel kan dateng? Menang broooo!!!" teriak Rayan di kuping kanan Aksa.

"Kaya lo nontonin aja, Yan. Mata lo itu dari tadi ke arah anak-anak cheers, bukan basket." Rayan terkekeh sambil mengangkat dua jari.

Rayan kembali melompat-lompat dan menyanyikan yel-yel yang masih terlantun memenuhi lapangan basket.

Pandangan Aksa berpendar, dan lagi-lagi menemukan sosok Nara yang baru saja bersiap turun. Namun, ramainya orang yang juga menuruni tribun membuat salah seorang perempuan menabrak Nara.

Naas, tempat minum berisi kopi yang sedang perempuan itu minum tumpah mengenai baju dan celana Nara. Sontak, hal itu membuat beberapa orang di sana berhenti sejenak dan menjauhkan diri dari Nara yang sudah mulai memicingkan mata.

Alis Aksa berkerut ketika Nara melangkah turun dengan tenang. Setelahnya, Selsa dan Hera terlihat merangkul perempuan itu dan berjalan mengikuti Nara.

"Motacilla juara!!!" suara Rayan dan penonton lainnya yang masih bersorak ramai meredam kejadian tersebut.

Aksa menghela napas. Ia tahu malam ini akan menjadi malam yang buruk untuk gadis malang itu. Menyebalkan ketika Aksa sadar tidak bisa melakukan apapun.

Sama seperti dulu. Aksa tidak bisa apa-apa bahkan ketika dirinya harus melakukan sesuatu.

*

"Asik kan, Sa nonton pertandingan kaya gini. Lo harus belajar banyak nih dari gue buat nikmatin masa muda. Jangan kerja mulu di kafe. Besok-besok gue ajak lo nonton. Kencan buta. Double date. Gimana?"

TWISTEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang