TWISTED || 5

37 10 1
                                    

Hello~ Makasih yang udah tertarik membaca cerita ini ya! 😍

Happy Reading !!

🎈🎈🎈

"Eh, Sa. Penggemar lo makin banyak, ege. Lo udah cek Twitter belom?"

Ketika mereka baru sampai sekolah, Aksa mendapatkan banyak perhatian dari teman-teman yang berpapasan dengannya. Ada yang melempar senyum dan sapaan sopan, ada juga yang meminta follback bahkan ada yang terang-terangan ingin pansos.

Padahal biasanya, jangankan disapa dan dimintai follback, dianggap ada saja Aksa tidak pernah.

"Gue uninstall."

"Buset, deh. Mending Twitter lo gue yang urus deh, Sa. Anggep aja sekarang gue manajer lo. Jadi kalo ada yang ngontak lo lewat perantara gue gitu. Siapa tau ada yang minta endorse kan?"

Pagi ini mood Aksa cukup baik. Tidak ada suara berisik yang berteriak memanggil namanya seperti hari-hari lalu. Ditambah lagi hari ini ia berencana menjenguk ibunya. Rasanya tidak sabar ingin cepat-cepat pulang sekolah.

Namun, ternyata semesta sedang tidak berpihak padanya.

Baru saja Aksa berbelok hendak menaiki tangga, di saat yang sama Nara terlihat berjalan dari tikungan menuju kelasnya dengan aura yang berapi-api.

Langkah gadis itu tegas seperti biasanya. Aksa tetap melanjutkan langkahnya sampai Nara menyadari kalau Aksa baru saja datang.

Langkah mereka sama-sama berhenti ketika saling berhadapan. Nara mengepal tangannya di samping tubuh dengan gemeletuk gigi dan rahang yang keras.

Berbeda dari biasanya, Nara terlihat lebih pucat sekarang. Meski bahasa tubuhnya menyiratkan amarah yang kental, tetapi Nara tidak terlihat antusias seperti biasanya.

"Kok lo gak dateng semalem?"

"Naraa!! Jangan cepet-cepet jalannya. Haduuh," Hera dan Selsa yang terlihat kelelahan menyeimbangkan gadis itu.

"Iya, Ra. Encok beneran ini deh pinggang gue," keluh Selsa. Perempuan yang pagi ini sudah memegang gagang permen itu menyeka peluh di dahinya.

Sedangkan Nara, gadis itu tidak menghiraukan ocehan sahabatnya. "Gue tanya kenapa lo semalem gak dateng?!"

Suara lantang Nara kembali. Aksa teringat ponselnya yang berdering berkali-kali ketika dirinya sedang merapikan rumah sambil mengerjakan tugas semalam.

Ia sengaja mematikan ponselnya setelah itu.

"Kan gue bilang gue lagi sibuk semalem."

Selain itu juga Aksa sebenarnya tidak peduli terhadap permintaan Nara. Kenapa untuk urusan makan malam saja harus dibebankan kepada Aksa? Aksa tidak merasa memiliki tanggung jawab untuk melakukan itu. Menurutnya tanggung jawab yang lain lebih penting.

Detik selanjutnya, Aksa membelalakkan mata melihat tubuh Nara yang ambruk menabraknya. Refleks ia menahan tubuh gadis itu dengan tangan kanannya.

"NARA!!!" Teriak Hera dan Selsa yang panik melihat sahabat mereka lunglai.

Hera mengguncang pundak Nara pelan, memastikan sahabatnya itu tidak sedang main-main. "Ra, jangan bercanda, Ra."

Selsa yang panik menyingkirkan rambut yang menutupi wajah Nara di pundak Aksa. "Kayanya gak bercanda deh, Her. Dia dari pagi juga gak banyak omong. Keliatan lemes banget."

"Astaga. Yaudah bawa ke UKS deh!"

Tubuh perempuan itu hendak dipapah oleh Hera dan Selsa, namun mereka kesulitan. "Ngapain pada diem aja? Bantuin!" Teriak Hera kepada orang-orang di sekitarnya.

TWISTEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang