TWISTED || 21

28 8 8
                                    

Hari pertama UTS membuat semua siswa dan siswi berangkat lebih pagi dari biasanya. Termasuk Nara yang sudah sampai di kelas pukul enam pagi.

Ini adalah pekan ulangan pertama bagi Nara yang mana ia merasakan kepercayaan dirinya lumayan tinggi untuk mengerjakan soal-soal ujian. Kemarin, Nara belajar bersama Aksa hingga larut malam untuk memantapkan persiapan Nara.

Sebelumnya tentu saja Nara tidak pernah sesiap ini menghadapi ujian. Nara selalu meminta teman sekelasnya menuliskan jawaban untuk dirinya, yang kemudian ia berikan kepada Selsa dan Hera.

Nara gembira sekali karena ia yakin jika Selsa dan Hera nanti ia berikan jawabannya pasti nilai kedua temannya itu meningkat. Nara yakin dengan kemampuannya saat ini. Pasti ia bisa membabat habis soal-soal itu.

Sekali lagi Nara memeriksa kartu ujian di saku seragamnya. Kemudian menghitung meja dari depan dan tersenyum ketika mengetahui tempat duduknya ada di barisan kedua dari belakang.

Saat menyiapkan alat-alat ujian, suara yang ia kenali terdengar di koridor. Nara segera mengangkat kepalanya untuk memastikan siapa pemilik suara itu.

Tepat saat Nara melihat ke pintu, tibalah dua perempuan yang sedang tertawa riang memasuki ruangan.

Senyuman Nara luntur, teringat ruang chat mereka semalam.

Naraya:
girls! Pada kemana aja sih?
pada kenapa sih sama gue?:(
udah jarang ngobrol
gue sekarang lagi belajar di rumah Aksa. mau join gak? Yuu sinii
send a location
Read by 2

Naraya:
Her, Sel! Lo pada kenapa sih? Kenapa di read doang?
besok gue di bangku 15. Kalian di mana?
ya allah kaya ngomong sama tembok gue.
kalo ada masalah bilang langsung dong jangan diemin gue gini.

Selsa:
kesian anaknya wkwkwkwk kaya org bego ngomong sendirian.
eh sorry salkir.

Selsa unsend a message.

Naraya:
oh.
yaudah lanjut deh pc-nya ya.

Naraya left the group.

Hera dan Selsa yang juga tidak sengaja bertemu tatap dengan Nara menghentikan tawa mereka. Suasana menjadi hening saat mereka mencari kursi masing-masing.

Nara menghela napas. Ia tidak mau terus menerus menyalahkan diri sendiri. Nara mengetahui betul perubahan sikap mereka memang terjadi karena dirinya akan membawa dampak buruk kepada mereka berdua jika hal-hal tidak diinginkan terjadi. Tetapi tidak seharusnya orang yang sudah Nara anggap keluarga seperti mereka membicarakannya dari belakang seperti itu.

Nara memang butuh mereka. Tetapi, ia tidak bisa menahan seseorang yang memang ingin pergi dari hidupnya. Jika kehadiran Nara mengganggu, ia harus tahu kapan berhenti.

Meski dalam hatinya masih terbesit harapan bahwa mereka bisa kembali seperti semula.

*

Nara membuka bilik toilet kemudian melangkah ke wastafel. Ia tersenyum menatap bayangannya sendiri di cermin. Sambil mencuci tangannya, Nara bersenandung riang.

Belum pernah Nara merasa percaya diri seperti ini setelah mengerjakan soal ulangan. Biasanya Nara tidak begitu peduli dengan nilai yang ia dapatkan. Kini, rasanya Nara ingin cepat mengetahui berapa banyak soal yang ia jawab dengan benar.

Ada beberapa soal yang tadi sempat mengecohnya. Ia bingung menjawab opsi A atau E karena menurutnya kedua opsi tersebut sama-sama masuk akal. Karena itu, Nara dibuat penasaran setengah mati sampai sekarang.

TWISTEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang