Hello! Aku datang lagi. Maaf yaa sekarang waktu updatenya gak tentu banget karena ada beberapa kesibukan baru yang sedang aku jalani. Ini hadiah buat kalian! Selamat membaca!
***
Rasa takut, waspada, cemas, dan khawatir selalu menjadi teman Aksa ketika ia menunggu ibunya membuka mata dulu. Tiada hari tanpa merasakan cemas yang begitu kental atas ketidakpastian keselamatan Sang Ibu.
Setelah ibunya sadar, baru itulah Aksa merasakan kembali perasaan damai sejak sekian lama. Atau mungkin pertama kalinya merasakan hari-hari damai sesungguhnya hidup bersama Ibu tanpa kehadiran Ayah yang seringkali mengacaukan semua.
Tapi kali ini, Aksa berlari tidak memedulikan orang di sekitarnya, mengabaikan getaran ponsel yang mungkin saja dari Jena, menyebabkan lalu lintas sedikit kacau karena Aksa menerobos lampu hijau untuk menyeberang. Perasaan kalut, khawatir, cemas, dan segala perasaan gelap lainnya tengah menguasai diri Aksa saat ini.
Aksa sama sekali tidak sadar, bahwa sejak pesan terakhir Nara semalam, perempuan itu sama sekali tidak mengabarinya mengapa ia tidak hadir sekolah hari ini. Aksa juga tidak ada niat bertanya karena menurutnya, mungkin Nara ada keperluan penting.
Kini Aksa menyesal.
Padahal Aksa sadar kalau Nara memang sedang dalam bahaya. Ada seseorang 一atau mungkin sekumpulan orang一 yang sedang mengincar gadis itu sekarang. Seharusnya Aksa bisa lebih memperhatikan dan menjaga Nara.
Sampai di rumah sakit, Aksa langsung bertanya informasi pasien atas nama Naraya. Ia diarahkan ke lantai 5, kamar perawatan intensif, satu lantai dengan ruangan ibunya.
Tak perlu memakan waktu lama, Aksa telah sampai di depan ruangan yang dimaksud.
"HAPPY BIRTHDAY AKSA!!!"
Ledakan konfeti terdengar seiring dengan menyalanya lampu dan tertutupnya pintu ruangan.
Nara, Rayan, Tasya, Sarah, Jena, bahkan Niko tengah berada di ruangan itu sambil menyanyikan lagu selamat ulang tahun sementara Aksa membatu di tempat.
Ditatapnya semua manusia yang berada di sana. Niko dan Jena yang masih memegang konfeti sambil menepuk tangan gembira, Rayan yang heboh merekam sambil ikut bernyanyi, Tasya yang ikut tertawa sambil memegang kue ulang tahun, Sarah yang tersenyum lebar di kursi roda bersama Nara yang berada di belakangnya.
Sekali lagi ia meyakinkan penglihatannya sendiri. Itu benar Nara. Dia tidak apa-apa saat ini. Dia baik-baik saja.
Ya Tuhan. Jantung Aksa benar-benar hampir lepas dari rongganya.
"Yeeeyy!! Selamat ulang tahun, Aksaaa!!!" teriak Jena diikuti Niko yang yang memeriahkan suasana.
"Panik ya? Panik ya? HAHAHAHAHA." Kini suara tawa Rayan ikut membuat ruangan itu semakin bising.
"Maaf ya, Sa. Ini idenya Rayan," kata Tasya sambil menahan tawa melihat wajah jengkel Aksa.
"Eh, tapi rencana awal gak sesadis ini. Mbak Jen tuh yang mendramatisir!"
Tatapan tajam Aksa kini mengarah ke wanita berpakaian kaus pink yang kini mengangkat dua jarinya sambil tersenyum polos. "Kalo Nara gak nawarin bantuannya, gak bakal kaya gini kok. Jadi secara gak langsung, Nara yang paling berperan."
"Udah hey, kita ucapin selamat dulu dong nih sama Birthday Boy kita hari ini!!!" Niko yang pertama kali melangkah mendekat ke Aksa dan memeluknya sambil menepuk punggung Aksa keras. "Selamat ulang tahun, Bro! Kurang-kurangin juteknya. Makin baik dan bahagia terus! Sehat sehat ya, Sa!"
KAMU SEDANG MEMBACA
TWISTED
Teen FictionKeinginan Aksa hanya satu, yaitu bisa kembali melihat ibunya membuka mata. Selain itu, hidupnya datar dan tidak menarik. Namun, apa jadinya jika Aksa tiba-tiba harus berurusan dengan Ratu Sekolah yang paling ditakuti? ---------- Ini cerita tentang m...