Masih hari ini kan? HEHE. Enjoy guys!
***
Keesokan harinya, Nara tidak berniat berangkat ke sekolah. Ia terdiam menatap kuku kakinya yang berwarna merah sambil memeluk lututnya di sofa. Bersyukur, sejak semalam kakeknya belum menghampirinya. Nara berasumsi bahwa kehebohan semalam mungkin belum sampai ke telinga Bram.
Tapi, Nara tahu itu tidak akan bertahan lama.
Bram pasti akan marah besar mengetahui bahwa ada banyak foto tidak senonoh cucunya yang bocor oleh akun gosip sekolah.
Untuk kesekian kalinya di hari ini, Nara berteriak kencang sambil menjambak rambutnya sendiri.
Foto dirinya sedang digerayangi oleh laki-laki random di sebuah kelab malam menjadi trending topic akun gosip sekolah saat ini. Semua akun sosial medianya sedang dibombardir oleh komentar-komentar pedas. Akhirnya, Nara memutuskan untuk menghapus semua sosial media yang ada di ponselnya.
Nara sangat yakin. Foto itu adalah foto yang diambil oleh Vincent sebelum ia memecat lelaki itu. Tetapi ,Nara juga ingat bahwa ia tidak pernah mengembalikan ponsel Vincent. Ponselnya telah Nara hancurkan, begitupun dengan memori yang ada di dalamnya.
Sebelum itu, Nara juga telah memerintahkan Hera dan Ezra untuk memastikan bahwa file asli yang ada di sana telah mereka lenyapkan.
Pasti lelaki itu telah memberikan salinannya kepada seseorang sebelum file asli dihapus oleh mereka.
"BRENGSEK! UDAH KENA DO MASIH AJA NYUSAHIN!!!"
Dering telepon dari ponsel Nara berbunyi. Untuk kesekian kalinya Nara melakukan penolakan panggilan saat melihat nama yang tertera di sana.
Cowok Songong is calling...
"Ini lagi. Ngapain sih dia nelepon gue terus? Gak tau diri! Mana kemaren gak dateng. Situ kira situ oke?" ocehnya sambil menolak panggilan tersebut.
Ketidakhadiran Aksa semalam semakin memperburuk suasana hati Nara. Selain itu, bayangan akan kemarahan Bram juga membuatnya takut.
Ding... Dong...
Nara melirik pintu unitnya. Ya Tuhan. Apakah Bram sudah datang pagi-pagi seperti ini?
Tunggu. Bram tidak mungkin menekan bel. Yang akan menekan bel jika berkunjung ke apartemennya hanya...
Nara bangkit dari sofa untuk memeriksa interkom. Di sana terlihat Aksa yang sedang mengetik sesuatu di ponselnya dan menempelkan ponsel itu di telinga. Bersamaan dengan itu, ponsel Nara kembali berdering.
Dibukanya pintu tersebut dan terlihatlah sosok Aksa yang terkesiap di depannya.
"Nara, are you okay?"
Nara tertegun melihat ekspresi yang belum pernah ia lihat di wajah Aksa. Lelaki itu meletakkan ponselnya di saku celana dan memegang pundak terbuka Nara.
"Kok masih kaya gini?" tanya Aksa sambil memperhatikan penampilan Nara.
Sejak semalam, Nara memang tidak berniat berganti pakaian. Sampai sekarang pun ia masih mengenakan gaun merah dengan riasan wajah dan rambut yang sudah tidak berbentuk.
Dengan kasar, gadis itu menepis tangan Aksa. ia mengangkat kepalanya dan berkata, "Apa? Mau ngatain gue perek lonte jablay kaya yang lain? Sini bilang di depan muka gue sekarang!"
Aksa terdiam di tempatnya. Tidak ingin memperpanjang perdebatan, lelaki itu menghela napas.
"Gak gitu. Sekarang lo siap-siap ke sekolah. Kita berangkat bareng, ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
TWISTED
Teen FictionKeinginan Aksa hanya satu, yaitu bisa kembali melihat ibunya membuka mata. Selain itu, hidupnya datar dan tidak menarik. Namun, apa jadinya jika Aksa tiba-tiba harus berurusan dengan Ratu Sekolah yang paling ditakuti? ---------- Ini cerita tentang m...