Haiii, selamat ketemu Aksa-Nara lagi.
Selamat membacaa!
---
Nara melangkah riang sambil bersenandung merdu setelah keluar dari mobil di parkiran khususnya.
Senang sekali hari ini.
Untuk pertama kalinya selama ia bersekolah di sana, peringkatnya bisa di atas angka 70!
Ini sebuah kemajuan dan pencapaian untuknya. Ia harus merayakan ini bersama Aksa dan Rayan.
Tentu saja Bram harus tahu ini. Pria itu harus tahu kemajuan pesat cucunya ini. Nara harus menyombongkan diri agar Bram merasa keputusannya tepat untuk mempertahankan Nara di sekolah.
Ia mengambil langkah cepat, tidak sabar untuk membersihkan diri di unitnya dan setelah itu langsung menemui kakeknya. Ini akan sangat menyenangkan.
Tiba-tiba Nara teringat sesuatu. Apakah ia harus memberitahu Arar?
Pria itu memang selama ini tidak terlihat memedulikan Nara. Nara sendiri tidak bohong saat mengatakan bahwa Arar tidak pernah sekalipun melihat keadaannya sejak Nara pergi dari rumah dibawa oleh Bram.
Tapi, melihat pria itu tempo hari membuat perasaan Nara yang telah lama dingin kembali menghangat. Rasanya seperti... rumah.
Dulu Nara anak yang cerdas dan rajin. Ia selalu menuruti kata-kata Arar untuk belajar dengan benar di sekolah. Nara langganan peringkat kelas saat SD dulu dan sering mengantongi medali olimpiade. Arar selalu bangga dengan Nara.
Apakah jika Nara memberitahu Arar tentang kenaikan nilainya membuat pria itu bisa kembali merasakan rasa bangga yang dulu pernah ada?
Sejak pertemuan terakhirnya dengan Arar, Nara belum lagi bisa bertemu dengan papanya itu. Tapi, sebuah kemajuan Arar membalas pesannya yang Nara kirim setelah pria itu pulang dari unitnya waktu itu
Naraya: Hati-hati di jalan, Pa. Jangan lupa makan dan jaga kesehatan.
Papa Arar: Kamu juga.
Ya, pesan yang singkat tapi mampu mengukir senyuman di bibir Nara sepanjang malam, bahkan sampai esok dan lusa.
Jika pesan itu ibarat asupan energi, energinya belum habis sampai detik ini. Efeknya masih sangat besar. Padahal hanya pesan singkat.
Sebut Nara berlebihan, silakan saja.
Tapi pernahkan kalian merasakan seseorang yang sangat kalian rindukan, yang selama ini tidak pernah hadir, tiba-tiba datang dan mengisi penuh hatimu hanya dengan sedikit saja perhatian yang sebenarnya sangat sepele?
Entahlah, Nara juga tidak tahu pasti bagaimana menggambarkan perasaannya.
Ia membuka pintu unitnya dengan langkah semangat dan riang. Melangkah lebar menuju kamarnya, hendak membersihkan diri.
Dilemparkannya tas asal ke sofa kecil yang terletak di sebelah ranjangnya.
Ketika ia membuka kaus kaki, gerakannya terhenti. Alisnya berkerut menatap benda asing yang terletak begitu saja di ranjangnya.
Mendadak, bulu kuduknya merinding melihat kertas karton besar dengan tulisan berantakan berwarna merah menempel di seprainya.
'HAI. MASIH BISA TERSENYUM LEPAS, HUH?'
Sontak ia langsung mengedarkan pandangannya. Menyapukan tatapan ke seluruh kamar.
Apakah kamarnya baru saja dijamah seseorang?
KAMU SEDANG MEMBACA
TWISTED
Teen FictionKeinginan Aksa hanya satu, yaitu bisa kembali melihat ibunya membuka mata. Selain itu, hidupnya datar dan tidak menarik. Namun, apa jadinya jika Aksa tiba-tiba harus berurusan dengan Ratu Sekolah yang paling ditakuti? ---------- Ini cerita tentang m...