Terakhir hari ini. Enjoy!
---
Kafe Tasya buka setiap hari termasuk tanggal merah seperti sekarang. Biasanya, di tanggal merah pengunjung sedang ramai-ramainya. Tetapi entah kenapa hari ini tidak seramai hari libur biasanya.
Jena yang biasanya kelimpungan membuatkan pesanan bersama Niko kini tengah bersantai sambil mengutak-atik ponsel pribadinya. Begitu pun Niko yang biasanya heboh bolak-balik membuat pesanan, kini tengah mencuri-curi waktu tidur di balik meja barista.
Aksa pun begitu. Pria itu kini tengah bercakap-cakap dengan sang ibu melalui panggilan video lewat kontak Tasya. Ya, hari ini jadwalnya Tasya yang menjaga Ibunda.
"Gak tau, Bu. Kata Tante pengen ikut trend aja. Karena waktu itu lagi rame yang jualan kopi gitu, jadi rumah makannya dialihfungsiin. Padahal jadi banyak saingannya."
"Gapapa dong, Aksa. Lagian rumah makan Tante waktu itu kan udah gak begitu laku. Daripada bangkrut mending Tante bikin usaha baru. Ya kan Kak?"
Ibunya terlihat tersenyum geli sambil mengangguk.
"Ibu mau liat suasana kafenya gak? Tapi hari ini lagi sepi."
"Boleh," sahut ibunya dari seberang sana.
Kemudian Aksa mengganti tampilan kamera belakang dan mulai berjalan ke sekitaran kafe. Ia mulai menyorotkan kamera ke berbagai sudut kafe. Jena yang merasa sedang direkam langsung menoleh dan melambaikan tangan riang.
"Halo, Tante Sarah!"
Kemudian diarahkannya lagi kamera itu memutar, hingga akhirnya kameranya berhenti ke arah pintu masuk. Bertepatan dengan itu, sosok Nara yang baru saja membuka pintu tersenyum lebar dan melambaikan tangan.
Perempuan itu terlihat sangat manis dan ceria dalam dress dusty pink kotak-kotak selutut dibalut dengan kardigan putih gading berlengan panjang yang menutup tubuhnya sempurna. Rambutnya hari ini digerai sangat cantik tak lupa dengan bandana krem dan anting bulu yang menggantung di kedua telinganya.
Sebentar, seharusnya Aksa tidak perlu memperhatikan sejauh itu.
"Loh, ada Naraya?" ucap ibunya di sambungan telepon.
"Emm. Iya, Bu. Gak tau sih dia mau ngapain. Teleponnya aku putus dulu ya? Nanti aku telpon lagi."
Ibunya terlihat mengangguk dan tersenyum penuh arti di layar. Kemudian Tasya yang lebih dahulu memutuskan panggilan.
Setelah itu Aksa meletakkan ponselnya di saku dan menghampiri Nara.
"Lagi telepon sama siapa? Gapapa orang mah lanjut aja. Gue cuma lagi iseng di rumah. Hmm butuh yang seger-seger." Nara memanjangkan lehernya sambil menyipitkan mata melihat menu yang terpampang. "Kak Jena! Aku mau green tea latte!"
"Siap, Nar!"
Mendengarnya, Nara mendesis. "Kok jadi pada manggil gue Nar sih? Pasti gara-gara lo nih! Main menggal nama orang asal-asalan. Jadi pada ikutan kan?!"
Aksa yang masih agak linglung akibat penampilan Nara yang menurutnya –lagi-lagi– berbeda dari biasanya, mengerjapkan mata dan melihat ke arah lain.
"Eh iya, bentar lagi Rayan dateng."
"Ngapain?" tanya Aksa sambil menarik kursi terdekat, mempersilakan Nara duduk. Perempuan itu tersenyum manis kemudian duduk di sana.
"Gue mau traktir," kepalanya menyapu ruangan kafe. "Mumpung lagi sepi juga. Hmmm, kalo gue ajak lo pergi pasti lo gak mau. Yaudah gue suruh Rayan ke sini aja sekalian kita makan-makan di sini."
![](https://img.wattpad.com/cover/191325920-288-k429349.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
TWISTED
Teen FictionKeinginan Aksa hanya satu, yaitu bisa kembali melihat ibunya membuka mata. Selain itu, hidupnya datar dan tidak menarik. Namun, apa jadinya jika Aksa tiba-tiba harus berurusan dengan Ratu Sekolah yang paling ditakuti? ---------- Ini cerita tentang m...