TWISTED || 18

31 8 16
                                    

"SATU TUJUH DELAPAN."

Teriakan Niko selalu menggelegar saat menyebutkan nomor pesanan. Aksa dan Jena kompak melemparkan tatapan sinis sambil memegang kuping mereka.

"Selow dong, udah sini ah lo yang bikin kopi aja. Congor lo berisik." Jena menarik Niko untuk berganti tempat.

"Yeu, lagi dateng tamu bulanan lo ya. Biasanya juga gue kaya gitu. Marah-marah aja lo!" Protes Niko ikut kesal karena sejak tadi selalu mendapat semburan dari Jena. Gadis itu melemparkan tatapan berapi lagi kepada Niko hingga Niko menelan ludahnya.

"Efek diputusin Genta, Mas," celetuk Aksa sambil mengotak-atik mesin kasir.

Perkataan Aksa membuat mata Niko membelalak sambil menahan tawa. "Demi apa lo sutup? HAHAHA. Apa gue bilang! Cowok kaya gitu gak bisa diharapin, Jen. Lagian apa cakepnya sih si Gentong itu. Cakepan juga gー"

Celotehan Niko berhenti saat Jena menatapnya dingin.

"Bisa diem gak lo?" nada suara Jena tenang, tetapi terdengar menakutkan bagi Niko. Perlahan tawa Niko mereda. Ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal kemudian langsung membalikkan badan ke Aksa, pura-pura sibuk dengan mesin kasir.

Aksa mendengus geli melihat Niko yang gelagapan bertanya. "Kenapa, Sa?"

"Parah lo. Orang lagi galau malah bikin tambah bete." Aksa mulai mengompori. Wajah Niko menurun sambil sesekali melirik Jena yang sedang meletakkan pesanan terakhir mereka ke kantung.

"Lo tau darimana, Sa?" bisik Niko.

"Tadi Mbak Jen nangis di toilet."

Semakin jelas raut penyesalan di wajah Niko. Pria itu kembali melirik Jena yang sedang menyunggingkan senyuman paksa di bibirnya kepada pelanggan mereka.

Tak lama dari itu, dentingan di pintu berbunyi, menandakan ada seseorang yang masuk.

Aksa yang baru saja berniat menyapa pelanggan, terhenti ketika menyadari yang datang adalah Nara.

Perempuan itu terlihat berbeda dari biasanya. Rambut sepinggang yang biasanya Nara biarkan tergerai kini digulung rapi, menyisakan sedikit rambut di sekitar wajah perempuan itu.

Pakaian Nara yang biasanya terkesan heboh di mata Aksa, kini terlihat lebih kalem. Gadis itu mengenakan rok jeans selutut dengan kemeja garis-garis berwarna biru.

Diiringi senyuman dan lambaian tangan khas perempuan itu, mata Aksa sedikit terpaku di sana.

"Eh itu cewek lo yang galak itu ya?" tanya Niko di sebelahnya, membuat Aksa mengerjapkan mata dan mengalihkan matanya ke Niko.

"Bukan cewek gue," katanya sambil berjalan ke belakang. "Titip bentar ya. Mau ngajar."

Niko hendak protes, tetapi tidak jadi ketika Jena berjalan mendekatinya. "Titip bentar juga. Gue mau ke toilet," katanya tanpa semangat.

Pria itu menganga melihat kedua rekannya ini tanpa belas kasihan meninggalkannya sendiri. Yang satu sedang patah hati, yang satu sedang PDKT. Tidak ada yang bisa Niko ganggu.

Mau tak mau Niko hanya bisa menghela napas pasrah sambil memasang senyuman lebar ketika dentingan kembali terdengar. "Selamat sore."

*

"Sorry ga jadi di apart lo. Kafe lagi ga bisa ditinggal. Tante Tasya lagi di ibu gue."

Aksa meletakkan minuman di meja Nara. Menggulung lengan kiri kemejanya hingga sikut. Didekatkannya lengan kanan ke lengan kirinya. Dengan susah payah, lengan kirinya bergerak pelan hendak menggulung lengan kanan.

TWISTEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang