TWISTED || 17

26 8 8
                                    

Selamat tanggal 3 and happy reading! <3

***


Hari pertama masa percobaan Nara.

Nara tidak berekspektasi apapun terhadap apa yang akan ia hadapi di sekolah nanti. Sejak semalam, ia telah berlatih untuk menebalkan muka serta melatih kesabaran.

Apapun yang terjadi, Nara tidak boleh terpancing dengan mudah!

Setelah mobilnya terparkir, Nara keluar dari mobil sambil melepas kacamata hitamnya. Ia tidak menghiraukan tatapan-tatapan yang ditujukan kepadanya.

Disampirkannya tas ransel kecil berwarna merah miliknya di pundak, sambil ia berjalan menuju koridor utama untuk absen.

"Masih punya muka ya lo dateng ke sini?"

Nara menoleh ke sumber suara dan mendapati seorang perempuan yang tidak pernah ia kenal sebelumnya. Dengan dahi berkerut, Nara mengabaikan ucapan perempuan itu dan melanjutkan proses absensinya.

"Nara, lo bisa dipake? Berapaan?" Mulai terdengar suara lain dari belakangnya. Disambut dengan suara-suara lainnya yang ikut meramaikan suasana koridor.

Mulai ada yang menyentuh tangannya dan meraba-raba tubuhnya, Nara menepisnya dengan cepat sambil berbalik badan. Ia mengedarkan tatapan dinginnya kepada orang-orang yang sedang menatapnya rendah.

Baru saja Nara melangkah, setumpuk sampah kertas berjatuhan tepat dari atas kepalanya.

"Ups, sorry gue gak sengaja." Dengan mulut yang masih menganga terkejut, Nara menoleh ke arah Belinda yang tersenyum lebar dengan tempat sampah di tangannya.

Beberapa orang di sana terkekeh geli dengan apa yang mereka saksikan. Bagi mereka, hal ini sangatlah langka terjadi. Ratu Sekolah yang paling ditakuti, kini terdiam saat seseorang menumpahkan setumpukan sampah di atas kepalanya.

Era kekuasaan Naraya benar-benar sudah runtuh.

Kepalan tangan Nara semakin keras ketika Belinda memajukan wajahnya dengan senyuman yang sangat menyebalkan bagi Nara.

"Kok diem aja? Biasanya kita gak nunduk aja ngomel-ngomel."

"Eh lo lupa? Kan udah ga bisa macem-macem dia."

"Oh iya," kata Belinda lagi. Nara meliriknya sinis ketika Belinda menampar pipinya sendiri. "Tampar gue dong! Kok jadi gak asik sih lo diem-diem gini?"

Tidak berniat menanggapi, Nara melangkah sambil membersihkan rambutnya dari sampah kertas yang masih menempel. Diiringi dengan sorakan dan lemparan sisa-sisa kertas, Nara melangkah cepat tanpa bersuara.

*

Sesampainya di kelas, hal pertama yang dilihatnya adalah Hera dan Selsa yang sedang kebingungan dan mendumal di mejanya. Nara melangkah lebar dan mendapati tempat duduknya sudah ramai oleh coretan-coretan kebencian dilengkapi dengan beberapa sisa rautan pensil yang membuat meja tersebut sangat kotor.

"Gak ada yang mau ngaku, Ra," ucap Hera berkacak pinggang sambil melihat tulisan-tulisan di meja Nara.

Nara mengembuskan napas kesal melihat kekacauan di mejanya, kemudian mengedarkan pandangan ke penjuru kelas. Semua temannya langsung meliriknya diam-diam, ada yang mengalihkan tatapan dan ada yang berbisik-bisik.

"Gak papa. Tinggal dibersihin aja. Udah lo berdua balik ke tempat lo, deh. Santai aja." Nara mengangguk sambil menepuk pundak kedua temannya.

Hera dan Selsa saling melempar tatap sebelum akhirnya kembali ke tempat duduk mereka.

TWISTEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang