Chapter ini saya persembahkan untuk seorang teman hebat dalam hidup saya. Yang mengajarkan saya banyak hal, yang banyak mengisi hari-hari saya.
Selamat membaca semuanya!
PS. DIMOHON BACA AUTHOR'S NOTE DI BAWAH CHAPTER INI SAMPE ABIS YA!
***
Suasana hati Nara menggebu-gebu ketika pulang sekolah di hari terakhir UTS. Langkahnya semangat menuju kelas 12 IPA 1.
Aksa dan Rayan akan pulang bersamanya hari ini. Nara juga mengajaknya jalan-jalan untuk melepas penat setelah UTS.
Sepanjang koridor, masih cukup banyak teman-temannya yang melempar tatapan kebencian kepada Nara. Tetapi keadaannya mulai membaik karena beberapa murid lain sudah biasa saja dengan kehadirannya.
Saat melewati kelas 12 IPA 3, langkah Nara terhenti karena rombongan Ezra keluar dan mencegatnya.
"Nara. Ada yang mau gue omongin," ucap Ezra tanpa basa basi. Lelaki itu sudah mengenakan jaket hitam andalannya bersama teman-temannya. Ezra memang anak motor yang sering riding khususnya di Minggu pagi.
Nara melipat tangannya di dada. Mengangkat dagunya sambil menatap curiga kepada Ezra dan teman-temannya.
Ezra adalah tersangka utama kaki tangan Vincent di sekolah ini. Nara harus berhati-hati dengan pria ini.
"Sorry gue baru bisa ngomong sekarang. Beberapa hari ini gue nyari pelaku yang berniat ngejatohin lo. Tapi belum berhasil ketemu, Ra. Gueー"
"Diem ya, Zra. Gue lagi gak percaya sama siapapun. Terutama lo! Lo itu kandidat kuat yang bantuin Vincent dalam hal ini. Gak usah sok-sok baik sama gue!"
Nara yang melangkah ditahan lagi oleh Ezra yang kini mulai memohon.
"Ra, bukan gue dalangnya! Gue yakin pasti ada lagi kaki tangannya Vincent di sekolah ini. Gue yakin, Ra! Gue bisa bantuin lo cari. Gue juga bakal ngasih pelajaran ke orangnya kalo ketemu!"
Nara mencibir tidak percaya. Beberapa minggu bersama Vincent saat pria itu masih menjadi One Less Lonely Boy, Nara memahami betul kehidupan lelaki itu. Vincent tidak memiliki banyak teman di sekolah ini. Yang dikenal Vincent pasti juga orang-orang yang berada di sekitar Nara.
Dan Ezra adalah kandidat kuat. Ezra mempunyai alasan yang masuk akal untuk melakukan hal itu ke Nara. Lelaki itu terlalu sering menjadi tamengnya. Setiap kali Nara emosi dan ingin memukuli anak orang, Ezra selalu yang mengambil alih. Hal itu menyebabkan Ezra juga terlibat dalam banyak masalah.
Ah.. satu lagi alasan kuat kenapa Ezra menjadi tersangka utama.
"Waktu itu Hera bilang, dia minta bantuan ke lo untuk ngapus semua file asli yang ada di hapenya Vincent. Which means, hape Vincent sebelum kosong terakhir ada di tangan lo," ucap Nara dingin. "Masih mau ngelak?"
"Astaga, Ra! Gue bener-bener gak ngotak-ngatik hapenya."
"Udah. Gue gak percaya sama lo. Minggir." Nara berjalan lurus menyenggol bahu Ezra yang kini terdiam menatap kepergian Nara dengan tatapan sulit dibaca.
*
Sebenarnya tujuan awal Nara ingin mengajak Aksa dan Rayan keliling kota dan mencicipi jajanan pinggir jalan yang belum pernah Nara coba. Tapi, Aksa bilang hari ini pria itu mau menjaga ibunya.
Jadilah mereka bertiga berencana piknik di halaman depan rumah sakit tempat ibu Aksa dirawat. Nara juga tidak sabar ingin bertemu Ibu Aksa, mengingat beberapa waktu lalu ia tidak sempat menemuinya karena kondisinya masih baru sadar.
![](https://img.wattpad.com/cover/191325920-288-k429349.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
TWISTED
Teen FictionKeinginan Aksa hanya satu, yaitu bisa kembali melihat ibunya membuka mata. Selain itu, hidupnya datar dan tidak menarik. Namun, apa jadinya jika Aksa tiba-tiba harus berurusan dengan Ratu Sekolah yang paling ditakuti? ---------- Ini cerita tentang m...