TWISTED || 7

40 10 5
                                    

Happy Reading!

☕☕☕


Rencana awalnya, ia akan membantu Nara di perpustakaan setelah pulang sekolah. Bu Puji pasti mengizinkannya. Namun, gadis itu tidak mau dan memberikan opsi pilihan tempat yang sangat tidak masuk akal.

"Satu, rumah lo. Dua, rumah gue. Tiga, kelab favorit gue. Pilih."

Rumah Aksa dan rumah Nara tidak mungkin. Opsi ketiga apalagi, siapa yang ke tempat itu untuk merangkum materi?

Dengan berat hati, Aksa akhirnya memilih tempat yang lebih waras dari pilihan Nara yang lain.

Aksa yang dipaksa pergi dengan mobil Nara, hanya pasrah dan melambaikan tangan ke arah Rayan yang kebingungan. Sementara Hera dan Selsa menggerutu karena tidak tahu mau pulang naik apa.

Setelah sampai di kedai kopi Tasya, Aksa mempersilakannya duduk di kursi kayu paling dekat dengan meja barista.

"Woa, Aksa! Tumben bawa cewek? Rayan udah males pasti ya temenan sama orang jutek kaya lo," komentar Jena saat pertama melihat Nara memasuki kedai.

"Jen, cakep banget temennya. Ceweknya kali ya? Ah tapi ya kali Aksa dapet yang cakep banget gini," gumam Niko yang terdengar sampai telinga Nara.

Nara langsung mengeluarkan tatapan lasernya hingga Niko tertunduk kikuk dan segera menyibukkan diri dengan hal lain.

"Lo mau kemana?" melihat Aksa yang menjauh darinya, Nara menahan tangannya.

"Ganti baju bentar."

Dengan tatapan meneliti, Nara mengamati dari kepala hingga kaki. Apa tidak susah berganti pakaian dengan kondisi tangan seperti itu?

"Lepas." Aksa melesat ke toilet setelah Nara melepaskan genggamannya.

Sepeninggalan Aksa, Nara menatap sekeliling. Kedai kopi yang sederhana ini terlihat cukup luas. Aroma kopi memenuhi udara, musik jazz mengalun indah dengan suara yang tidak terlalu besar sehingga terdengar nyaman di telinga, belum lagi perabotan serba kayu dan desain ruangan yang unik menambah nilai plus dari Nara.

Beberapa pelanggan di sini juga banyak yang berseragam putih abu. Yang menarik perhatiannya adalah sekumpulan gadis yang tengah menatapnya sinis sambil berbisik-bisik ke temannya.

Nara melipat tangan di dada sambil menatap balik ke arah mereka dengan angkuh. Kemudian memutuskan kembali menikmati suasana kafe.

Daerah ini seperti tidak asing. Kalau tidak salah, dulu sekali, sebelum dirinya pindah ke rumah kakek bersama kedua orang tuanya, Nara pernah tinggal di dekat daerah ini.

Mungkin kedai kopi ini baru. Nara tidak ingat ada kedai kopi di sekitar sini. Tapi, entah mengapa rasanya tempat ini membawanya ke perasaan nyaman yang sudah lama tidak ada.

Terlalu larut dalam suasana, Nara baru menyadari Aksa yang sudah berganti pakaian berdiri di balik meja bar dan melakukan sesuatu yang tidak Nara mengerti di sana.

Dari pakaiannya, Nara menyimpulkan bahwa Aksa bekerja di sini. Ini hal baru yang Nara tahu.

Aksa? Bagaimana bisa?

Terdengar candaan dari kedua teman Aksa di sana. Alih-alih menanggapi, Aksa hanya memutar bola mata sambil melanjutkan aktivitasnya.

Tak lama dari itu, Aksa berjalan ke arahnya bersama perempuan yang berseragam sama dengan Aksa membawa dua gelas kopi ke meja Nara.

"Selamat menikmati." perempuan itu tersenyum lebar sebelum meninggalkannya.

"Gue gatau lo suka yang manis atau yang pahit. Pilih aja."

TWISTEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang