TWISTED || 29

24 4 9
                                    

Dulu Nara memiliki kencan impian yang istimewa karena dirinya seringkali melihat kedua orang tuanya melakukan hal yang romantis.

Sepulangnya Papa dari rumah sakit, Mama selalu menyediakan makan malam lengkap dengan suasana romantis di kamar mereka. Nara masih berusia 6 saat itu. Meski masih terlalu kecil, tetapi Nara mengerti betul bagaimana dulu mamanya menjadi tempat papanya berpulang dan menangis saat pasien subdural hematoma yang ditanganinya meninggal dunia saat operasi. Begitupun papanya yang selalu menjadi tempat paling aman bagi mamanya untuk berlindung dari kerasnya dunia.

Besarnya perhatian kedua orang tua Nara terhadap satu sama lain membuat Nara bermimpi agar kelak dirinya juga bisa dipertemukan dengan pria seperti Arar. Baik hatinya, tampan rupanya, merdu suaranya, peduli dan perhatian kepada wanitanya, serta sangat setia pada keluarga. Arar juga termasuk pria yang sangat royal dan tidak pernah perhitungan sama sekali. Bagi papanya, dunia dan seisinya akan sanggup ia berikan untuk Nayshila dan Naraya.

Tapi, segala gambaran kencan romantis dan pribadi pangeran impian yang ada di bayangan Nara runtuh ketika tadi ia menghabiskan waktunya bersama Aksa di bangku bazaar festival musik sekolah.

Aksa tidak seperti Arar yang selalu memberikan perhatian besar kepada Nayshila dulu, tetapi diamnya Aksa sambil menatap penuh minat kepada Nara yang tengah bercerita hal tidak penting membuat Nara merasa dirinya sangat istimewa.

Aksa tidak seperti Arar yang selalu memberikan hadiah mewah kepada Nayshila saat ulang tahun pernikahan mereka dulu, tetapi cara Aksa membelikan makanan dan minuman untuk Nara dengan sisa uang yang pria itu miliki membuat Nara merasa terharu.

Apalagi Aksa yang dengan sombongnya berkata, lo aja yang makan gue gak laper kok. Padahal sedetik setelahnya, perut pria itu berbunyi. Membuat Nara tertawa terpingkal-pingkal melihat pipi Aksa yang memerah malu.

Aksa juga tidak seperti Arar yang selalu siap siaga dengan mobil mewahnya mengantar jemput Nayshila kemanapun Nayshila butuh, tetapi naik bus bersama Aksa dan berjalan di tengah hamparan bintang malam membuat Nara ketagihan dan sangat menyesali jarak apartemennya yang tidak begitu jauh dari tempat festival.

Kini ia yakin bahwa perasaan yang tumbuh dalam dirinya merupakan perasaan suka. Perasaan yang membuat Nara ingin selalu merasakannya jika itu untuk Aksa.

Entah mulai kapan tepatnya Nara tertarik pada pria yang menurutnya sangat sombong tersebut. Mungkin sejak Aksa selalu menemaninya menghadapi masalah di sekolah. Atau sejak Aksa menghalau cipratan air yang akan mengenai Nara akibat kendaraan motor di pinggir jalan dulu. Atau sejak Aksa mengunjunginya di UKS. Atau mungkin sejak pria itu mengembalikan celana ibunya dalam keadaan bersih setelah terkena noda kopi.

Entahlah, Nara tidak begitu mengerti. Yang ia sadari, perasaan itu sangat nyata ia rasakan. Hatinya sangat meletup-letup saat ini. Bahkan saat Nara sudah rapi dengan baju tidurnya, gadis itu masih tersenyum lebar sambil menatap ruang obrolannya dengan Aksa.

Cowok Songong: Jangan kemaleman tidurnya.

Nara kembali menutup wajahnya dengan bantal dan menjerit girang di sana. Sejak awal Rayan mengirimnya pesan untuk memanfaatkan malam ini dengan baik, Nara sudah sangat senang. Meski harus kehilangan 185 ribu untuk membeli tiket Rayan yang pada akhirnya tidak terpakai, tetapi Nara sangat gembira karena Rayan pengertian sekali dengan temannya.

Ia buru-buru mengambil ponselnya dan mengetikkan sesuatu di sana.

Naraya: Oke, Aksa juga ya jangan malem-malem tidurnya. Jangan lupa cuci kaki, gosok gigi, mandi jugaa tadi lo kegerahan banget kan. Sama jangan lupa makan malem. Good night Aksa :)

Masih dengan senyum yang mengembang, Nara kembali membaca ulang pesannya. Tetapi ketidakpercayaan diri tiba-tiba menyerang psikisnya. Sepertinya pesan ini terlalu agresif.

TWISTEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang