TWISTED || 23

28 7 9
                                    

I'M BACK

I'm so sorry readers, maaf banget gue baru muncul lagi sekarang karena setelah selesai dari 'istirahat' yang gue maksud di chapter sebelumnya, gue langsung sibuk semester 3. Niatnya mau curi-curi waktu untuk update, tapi tugas bener-bener gak bisa ditinggal bentar. Jadi, baru bisa up lagi setelah selesai UTS. Mohon mengerti yaa, semoga gak lupa sama ceritanyaa dan masih mau nunggu untuk kelanjutannya hehe.

K, gak usah berlama-lama lagi, Happy Reading....

----


"Kakinya cuma cedera ringan aja, Nara. Bakal pulih sendiri kok. Yang penting sekarang jangan kebanyakan jalan dulu Aksanya."

Sayup-sayup Aksa mendengar penjelasan dokter kepada Nara di depan. Aksa melirik gadis yang kini tengah menangis di depan kamarnya. Dokter Cakra mengusap puncak kepala gadis yang masih sesegukan tersebut.

Tadi saat Aksa tertabrak motor yang ugal-ugalan, Nara yang panik langsung berteriak histeris. Dibantu dengan beberapa orang di sekitar sana, Aksa digopoh ke mobil Nara.

Nara yang panik langsung memanggil teman papanya ini untuk segera ke rumah Aksa. Begitu pun dengan Nara yang langsung membanting setir menuju rumah Aksa.

Setelah diperiksa dan diberi penanganan oleh dokter, tangisan Nara tidak berhenti di samping Aksa.

Aksa yang mengalaminya saja hanya meringis kesakitan, tidak sampai histeris seperti gadis itu.

Sepeninggalan Dokter Cakra, Aksa meraih ponsel hendak mengabari Tasya.

"Halo, Tante. Malem ini Tante jaga Ibu, ya? Aksa gak bisa."

"Kenapa, Sa?"

"Abis ada kecelakaan kecil. Kecil doang kok. Jangan bilang Ibu, Ya."

"KECELAKAAN? AKSA KAMU DIMANA SEKARANG?"

Aksa menjauhkan ponsel dari telinganya ketika Tasya berteriak. "Gapapa, Tan. Udah diobatin juga tadi Nara panggil dokter. Yang penting Tante temenin Ibu aja malem ini."

"Kamu luka? Tangan kamu gapapa kan? Aksa, ya ampun kok bisa sih?"

"Gapapa kok. Ini kaki Aksa cedera dikit doang. Kata dokter juga kalo istirahat terus bakal cepet pulih. Udah Tante ke rumah sakit Ibu aja. Nanti Rayan ke sini nemenin Aksa. Oke? Malem, Tan!"

"Ak-"

Aksa buru-buru memutuskan sambungan telepon sebelum Tasya mencercanya macam-macam. Bersamaan dengan itu, Nara menghampirinya sambil menghapus air matanya sendiri.

"Ini lagi. Cengeng banget sih. Udah dong nangisnya. Gue gapapa, denger sendiri kan tadi Dokter Cakra bilang apa?"

Nara yang sudah duduk di sisi ranjang mencubit lengan Aksa keras. "Bener-bener ya lo. Udah gue khawatirin masih aja dijutekin!!"

Aksa mengaduh, menghindar dari tangan Nara. Perempuan itu memajukan bibirnya sambil melipat tangan di dada.

Perempuan ini benar-benar mengkhawatirkannya sejak tadi. Bohong jika Aksa tidak merasa tersentuh sama sekali dengan tindakan Nara.

Nara seolah benar-benar akan hancur jika terjadi apa-apa dengan Aksa. Perempuan itu seperti memiliki kenangan buruk dengan kecelakaan.

Tapi, Aksa mengerutkan keningnya mengingat kejadian beberapa waktu lalu. Mata Aksa tidak melihat dengan jelas, tetapi ia yakin motor itu sama sekali tidak mengurangi kecepatannya ketika mendekati Nara. Padahal, jelas sekali Nara akan tertabrak oleh motor itu.

TWISTEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang