TWISTED || 8

31 10 7
                                    

SPESIAL MINGGU LEBARAN up sehari 2x HEHE. Enjoy your holiday guys!

Happy Reading!

🍻

Aksa merasa paling senang saat masuk pelajaran olahraga. Menurutnya, pelajaran ini benar-benar menjadi sarana refreshing bagi dirinya.

Dulu, saat tangan kiri Aksa masih bisa digunakan secara maksimal, Aksa sangat suka bermain bola voli dan basket. Aksa masih SMP saat itu.

Baginya, menghabiskan waktu sepulang sekolah dengan bermain bola bersama teman-temannya adalah salah satu cara menghindari kekacauan yang selalu terjadi di rumahnya.

Voli dan basket adalah bentuk pelarian Aksa dari masalah.

"Aksa!!"

Teriakan dari teman satu timnya terdengar sangat keras. Aksa yang saat ini menjadi spiker dalam pertandingan voli langsung melompat dan melakukan pukulan terakhir dengan semangat.

Priiiit.

Bunyi peluit Pak Yasa terdengar bersamaan dengan teriakan selebrasi tim Aksa. Belum sempat mengatur napas, dirinya sudah diangkat oleh teman satu timnya.

"Aksara! Aksara!"

Entah sejak kapan, Aksa mulai terbiasa dengan sorotan kamera yang mengarah kepadanya. Seperti sekarang, beberapa teman sekelasnya merekam aksinya di lapangan. Yang Aksa rasa akan membuat media sosialnya ramai lagi kalau masih ada di ponselnya.

Untung saja ia sudah menghapus aplikasi tersebut.

Bel istirahat pertama berbunyi dan semua yang ada di lapangan langsung bubar setelah Pak Yasa memberikan instruksi. Aksa yang sudah duduk di pinggir lapangan meluruskan kakinya dan mengibaskan pakaian olahraganya.

"Kaco lo, Sa. Gak pernah gitu mau ngalah sama gue dikiiiit aja," Rayan yang datang dari kejauhan wajahnya tertekuk kesal. "Oke deh ya nilai gue gak bakal bisa ngalahin lo kalo di matpel lain. Tapi ya kasih kesempatan gitu di olahraga. Masih juga diembat loh. Maruk nilai lo, Sa."

Biasanya tim yang menang akan diberi nilai tambahan oleh Pak Yasa. Rayan sebagai anggota tim yang kalah harus rela mendapat nilai pas-pasan.

"Sorry," kata Aksa sambil memamerkan jejeran gigi putihnya.

Rayan yang masih menekuk wajah menjatuhkan tubuhnya di sebelah Aksa sambil ikut mengibaskan pakaiannya. Tidak disangka ia akan kalah dari Aksa di pertandingan voli. Siapapun yang melihat dirinya dan Aksa juga pasti akan menyangka lelaki seperti Aksa tidak akan pandai bermain voli.

Anehnya, Aksa malah tidak begitu bisa bermain sepak bola. Padahal jelas kedua tungkainya masih berfungsi dengan baik.

"Gue bantai lo nanti kalo materi sepak bola."

"Masih ada basket."

Mata Rayan berkilat emosi, sedangkan yang ditatap tertawa puas. Rayan mengampit leher Aksa dengan lengannya sampai Aksa mengaduh seraya memukul lengan Rayan.

"Aksa... " suara Erika, teman sekelas mereka, menghentikan aksi kekanak-kanakan kedua sahabat itu. "Nih buat lo."

Erika menyerahkan sebotol air mineral kepada Aksa sambil tersenyum. Teman-teman Erika yang ada di belakangnya ribut sendiri menyoraki Erika.

"Makasih," kata Aksa sambil menerima air mineral tersebut.

Aksa tidak begitu mengenal Erika sebenarnya. Ia baru tahun ini berada di kelas yang sama dengan Erika. Tapi, baru sebentar mengenal gadis itu, kesan yang tercipta cukup baik.

TWISTEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang