TWISTED || 17.5

30 8 6
                                    

Tadaaa, chapter 17 belom beres. Enjoy!

***


Jam istirahat sudah hampir selesai, tetapi Nara belum juga menemukan Hera dan Selsa. Kedua temannya itu sejak pagi tadi dipanggil oleh Bu Frida belum juga kembali ke kelas. Nara sedikit khawatir, makanya ia mencarinya ke seluruh penjuru sekolah.

Dari kantin sampai gedung olahraga, Nara tidak melihat keberadaan mereka sama sekali. Padahal biasanya kedua temannya selalu ada di dua tempat tersebut.

"Kemana sih mereka," gumam Nara pada dirinya sendiri. "Apa jangan-jangan kena hukuman ya? Duh."

Secara acak, ia bertanya kepada orang yang berlalu lalang. Kebetulan yang ia panggil itu merupakan adik kelasnya.

"Eh lo liat Hera Selsa gak?" tanyanya.

Adik kelasnya itu sedikit ketakutan. Dengan ragu, ia menjawab. "Tadi aku liat Kak Hera sama Kak Selsa lagi dihukum bersihin toilet, Kak. Sekarang kayanya masih di toilet deket kelas 10 IPA 2."

"Oh, oke thanks."

Nara langsung bergegas ke tempat yang dimaksud. Benar dugaannya. Kedua temannya itu sedang dihukum oleh Bu Frida sejak tadi.

Apakah kakeknya sudah memerintahkan untuk tidak melibatkan Nara dalam hal-hal buruk? Tumben sekali Bu Frida tidak sensi terhadap Nara. Biasanya, Nara yang paling diincar guru bertubuh tinggi langsing tersebut.

Sampai di depan toilet, Nara hendak mendorong pintu. Namun suara ramai di dalam sana membuatnya menghentikan gerakan tangan.

"Yang bener kenapa sih, Sel! Ngepel doang aja gak becus! Kaki gue kena ini daritadi!"

"Ya lo juga! Yang bikin lama siapa? Udah bersih-bersih pake numpahin air pel segala sih!"

Di balik pintu, Nara terkekeh mendengar kelakuan temannya. Kedua temannya itu paling anti untuk urusan bersih-bersih. Nara sangat terbayang seberapa jijiknya Hera dan Selsa harus membersihkan toilet sekolah.

"Sel, lo kesel gak sih yang salah siapa yang dihukum siapa."

"Iya, ya. Bu Frida punya dendam apa dah sama kita. Udah tau Belinda duluan yang bikin ribut. Kita-kita juga yang dihukum."

"Bukan, maksud gue Nara."

Kening Nara berkerut. Ia menggeser tubuhnya untuk bersadar di dinding samping pintu sambil memasang telinga.

"Nara? Dia salah apa? Kan lo liat sendiri kemaren si Belinda cabe itu yang nyari masalah ke kita. Kenapa jadi Nara deh?"

"Ya, lo liat aja sendiri. Foto Nara lagi gak waras ke sebar, dia cuma kena anceman drop out doang. Gak dihukum apa-apa. Gue kesel aja. Ini juga kalo bukan belain dia, kita gak bakal bersih-bersih gini."

"I-Iya juga ya." suara kecil Selsa membuat Nara semakin mengerutkan alisnya.

Benar. Nara membenarkan hal itu. Semua memang karena kesalahannya. Tapi, Nara tidak tahu Hera dan Selsa akan membicarakannya di belakang seperti ini. Apakah mereka berdua punya masalah dengan dirinya?

Apakah selama ini mereka sering membicarakan Nara di belakang tanpa sepengetahuannya?

"Enak sih ya, Her. Dia punya kartu AS sekolah. Kakeknya."

"Itu maksud gue. Gak adil aja kalo Nara gak pernah dapet hukuman yang berat selain skors. Menurut gue dia pantes banget kok dikeluarin."

"Eh kok lo ngomongnya gitu, Her?"

TWISTEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang