Maaf kalo banyak typo:D
Happy Reading 🤗
🎈🎈🎈
Motacilla merupakan sekolah swasta yang sangat megah bagi Aksa. Sebuah keajaiban dirinya bisa mendapat kesempatan bersekolah di sana dengan tanggungan utuh.
Setiap sudut dan area sekolah seperti sudah didesain seapik mungkin untuk menunjang kenyamanan siswanya. Termasuk area kantin yang sangat bersih dan luas ini.
"Thanks. Mel!" seruan Rayan mendapat acungan jempol dari Melki, pedagang bakso nomor satu di hati Rayan. "Gila seksi banget baksonya Melki. Selamat makan, Aksa!"
Dalam hitungan detik Rayan sudah melahap baksonya dengan semangat. Begitupun dengan Aksa yang duduk di hadapannya.
Usai jam sekolah, kantin lebih ramai dari biasanya. Beberapa anak memilih menghabiskan waktu di sini sebelum memutuskan kembali ke rumah. Ada juga yang menggunakan kantin sebagai tempat pertemuan organisasinya.
Dua tahun lebih bersekolah di sini, Aksa sendiri tidak begitu sering pergi ke kantin. Biasanya dia lebih memilih makan bekal titipan Tasya, atau menitip makanan kepada Rayan.
Tentu saja karena ia tidak suka keramaian seperti ini. Terlebih lagi saat ini dirinya sedang banyak diperbincangkan. Terlihat dari bagaimana siswa lain berbisik-bisik sambil mencuri-curi pandang kepadanya sekarang.
"Tai banget ya orang-orang. Giliran lo menang lomba-lomba, kaga pernah seterkenal ini. Giliran berurusan sama Nara, langsung meledak nama lo. CK, sebenernya gue agak iri sih, Sa. Liat aja sekarang. Gue pasti cuma dikenal sebagai sidekick lo. Iya, sekarang derajat gue sama kaya Heiheinya Moana, Pascalnya Rapunzel, sama Abunya Aladdin."
Malas menanggapi, Aksa hanya manggut-manggut sambil menikmati makanannya. Sudah lelah sekali dirinya hari ini harus menghindar lagi dari Three Angels. Tenaganya seperti terkuras habis ketika namanya masuk dalam daftar 'The Most Wanted'-nya Three Angels.
Dirinya seperti mempertimbangkan kembali. Apakah sebaiknya ia ladeni saja perempuan itu? Benar kata Rayan semalam. Semakin Aksa menghindar, semakin gencar perempuan itu menganggunya.
"Aksa!"
Bahkan suaranya sudah mulai terngiang-ngiang dalam kepala Aksa. Pengaruh perempuan itu memang luar biasa.
"AKSARAAA!" Aksa mengangkat kepala dan menoleh ke belakang. Didapatinya perempuan berambut panjang bergelombang yang sedang berkacak pinggang dengan kedua teman di sampingnya.
Suara itu bukan imajinasi Aksa, melainkan nyata keluar dari mulut Nara.
*
Sudah sekitar lima belas menit Nara mencari keberadaan lelaki bermuka tebal itu. Kelasnya sudah kosong, perpustakaan pun sudah hampir tutup. Padahal menurut informasi dari teman sekelas Aksa, lelaki itu kalau tidak di kelas ya sudah pasti ada di perpustakaan.
"Anaknya udah cabut kali, Ra. Udah deh gue capek banget ngejar-ngejar tuh orang." Keluh Hera sambil memijat kakinya sendiri. Pasalnya, sejak tadi pagi Nara sudah mengobrak-abrik seisi sekolah untuk mencari pria itu, namun tak kunjung ditemukan.
"Iya, Ra. Udah tugasnya gue aja deh yang ngerjain. Gue ngerti dikit-dikit kok Akuntansi." kali ini Selsa menawarkan dirinya untuk mengerjakan tugas mereka bertiga.
Nara bersungut kesal. "Yang ada dapet nol kita kalo lo yang ngerjain, Sel."
Tampilan bukan segalanya. Nara sangat percaya kalimat itu. Selsa dan Hera memang terlihat sangat cantik dari luar. Tapi jika berbicara soal akademik, mereka sama-sama tidak memiliki bakat.
KAMU SEDANG MEMBACA
TWISTED
Teen FictionKeinginan Aksa hanya satu, yaitu bisa kembali melihat ibunya membuka mata. Selain itu, hidupnya datar dan tidak menarik. Namun, apa jadinya jika Aksa tiba-tiba harus berurusan dengan Ratu Sekolah yang paling ditakuti? ---------- Ini cerita tentang m...