Jejak basah mengikutinya dari sol sepatu putih yang bertemu bumi. Langit kelabu baru berenti menangis setelah sekian jam mengguyur sebagian wilayah kota. Dari nafasnya yang berderu, asap keluar dari mulutnya akan tetapi itu bukanlah reaksi alam bahwa suhu menurun hingga dibawah sepuluh derajat celcius melainkan hisapan tembakau terbakar."Ah, Min Yoongi sialan." Ia mengumpat, menendang batu krikil sampai yang bertemu sneakersnya. Tudung hoodienya menutupi sebagian rambut kecuali bagian bawahnya yang panjang mengidentifikasi bahwa ialah seorang perempuan, sedang merokok di tempat khusus perokok sambil menunggu tumpangan datang. "Kau membuat suasana hatiku hancur saja." Asap itu kembali mengudara, ujung rokoknya kian memendek.
"Dasar wanita bedebah, sialan kamu Kim."
Baru keluar dari suatu tempat tak jauh dari tempatnya berdiri saat ini. Mungkin terdengar lucu namun ia baru saja pergi menemui tukang pembaca tarot.
Ia masih ingat.
"Aku hanya ingin bertanya kapan mereka akan berakhir?" Sikapnya menunjukan pribadi kurang ajar, tak sopan di depan nenek-nenek tanpa berbicara formal. Mendengus sebal, poninya yang sejajar dengan alis terbang berantakan.
Sebelum memilih kartunya ia sudah memberikan dua foto seorang pasangan kekasih yang ia ambil dari internet.
Dua puluh ribu won untuk membaca tiga kartu, lumayan lah.
The Fools.
"Perjalanan baru, cukup polos dan rentan namun kuat. Tidak secepat itu, mereka bisa bertahan dari banyak permasalahan yang datang namun bukan berarti pemenang mencapai garis finish. Salah satu di antara mereka bodoh, egois, dan mudah mengambil keputusan tanpa berdiskusi."
"Jadi—?"
The High Priestess
"Masih terhubung, walaupun rentan serta memiliki kebodohan bukan berarti mereka tidak menemukan titik terang dari permasalahannya."
And, The Hanged Man.
"Dua di antara mereka pada akhirnya mengorbankan sesuatu. Bisa jadi perpisahan ataupun lainnya."
"Ck." Senyuman itu ter-ukir. Melemparkan puntung rokoknya ke tanah kemudian menginjaknya, sepenuhnya padam.
"Setidaknya ramalannya mengatakan akhir dari segalanya atau jika tidak, maka aku akan membuat takdirnya bergeser."
.
Ada banyak hal yang tak dapat diungkapkan oleh sebuah kalimat untuk mendeskripsikan betapa ia harusnya bersyukur. Memiliki kehidupan dipenuhi oleh serba-serbi kenikmatan oleh masa muda yang indah, karir yang sudah membentuk, persahabatan yang luar biasa dan kasih sayang yang disalurkan untuknya dari semua orang.
Cinta.
Cinta yang tumbuh membuat seseorang belajar bagaimana cara mengungkapkannya dalam bentuk perhatian, cinta yang dapat mengubah hari-hari menjadi lebih berwarna, membuatnya bisa tertawa lepas tanpa perlu khawatir orang-orang disekitar, membuat dia berhati-hati demi kebaikannya dan rela melakukan hal apapun yang pinta. Itu semua luar biasa.
Jennie tidak bisa mengukur seberapa banyak Yoongi mencintainya namun itu muncul dari mata indah lelaki itu yang selalu terpancar hanya untuknya dan mengatakan dengan caranya yang sederhana.
Aku mencintaimu setiap hari, setiap aku memandangmu kau hanyalah satu keindahan yang patut untuk ku simpan pada memori ini selamanya.
Cara dia menggenggam tangannya dengan erat, kilas senyuman yang terpatri untuk membagi kehangatan. Yoongi adalah segalanya, mentari untuk kehidupannya agar terus terang benderang.