32

614 38 63
                                    


And if you saw this notification, dont forget to tap star icon before you begin to read and if you feel tired reading this shit then take a break for a while because this story contain 20K words :)


Its was after summer break.

Sewaktu Yoongi berjalan sambil menendang beberapa kerikil yang ia lewati ke arah satu tempat sama sekali tidak berkesan yang pernah ia kenal, paling menyeramkan juga untuk beberapa tahun. Kalau bukan karena Namjoon, malas juga ia datang menjemput.

Area sekolah tidak begitu ramai, bel pulang pun memang belum berkumandang menjadikan para siswa yang tidak betah mendudukan pantat mereka di kursi kelas sedang menghitung mundur. Almamater ini tempat dimana ia pernah menuntut ilmu selama tiga tahun, salah satu bagian dari kehidupan pertama menetap di Seoul. Untuk sesaat, dirinya berdiri tepat di depan pagar tinggi berwarna hitam, trek dari pintu masuk halaman menuju gedung lumayan jauh sehingga kalau kau telat ya mampus saja hidupmu hari itu.

Yoongi memilih berteduh di dalam mini market dekat sekolah sembari menunggu Namjoon pulang ketimbang berpanas-panasan, percayalah dia bukan bocah TK yang perlu di awasi hanya karena mereka ada janji ingin ke warung internet untuk bermain video game beberapa jam sebelum latihan lagi.

Lelaki itu memakai topi baseball, kaus sobek-sobek lengan pendek biru gelap agak menyingkap kulit kepucatan, celana pendek army, lalu sendal pipih slipper lebih mirip untuk di dalam rumah ketimbang bertemu aspal panas.

Cukup sederhana karna itu memang Yoongi, gaya anak baru keluar usia belasan serta pengangguran, muka agak dekil bekas jamahan sinar mentari sangat cocok dikatai gembel.

Bukan permisi menumpang duduk jika dirinya tak membeli makanan murah meriah seperti roti dan kopi amerikano dingin lalu duduk di pinggir kaca bak manequin di etalase.

Oh, rombongan anak berseragam melalui netra coklat tuanya. Sungguh, ia menjadi terlihat bak om-om sedang memantau yang mau menculik anak sekolahan dan menjualnya atau ahjussi genit tukang cat calling yang akan dikatai pedofil. Ya, cocok sih, kumis mulai menampakan jati diri di atas permukaan kulit padahal baru semalam ia mencukur.

Tetapi daripada memikirkan itu, pikirannya melayang ke topik dimana bocah satu ini yang katanya ingin bolos satu mata pelajaran untu main game? Yoongi juga belum berhenti mengunyah roti dari sobekan satu ke sobekan lain, acuh dalam dunianya sendiri pundak pun terasa seperti di tepuk dua kali sebelum ia nyaris terjungkal dari kursi tinggi.

"Halo?" Katanya pertama kali, gadis sekolahan berseragam musim panas, rambut menjuntai sampai ke ujung punggung namun ada penjepit warna-warni disisi kanan dan kiri dahi untuk poninya yang panjang sehingga tidak menutupi sebagian wajah segarnya.

Well, dia terlihat gadis Korea sesungguhnya ketimbang kala ia menemui tempo malam, make up berat dengan model pakaian yang yah belum cocok diusianya, sorot wajah jangan dilupakan mana kala dia sedang menangis. Tapi masih bisa secantik itu, sungguhan!

"Hei..." Sapa lelaki tersebut dengan dada berdegub kencang. Dirinya malu? Oh tentu, ia sangat pemalu mendapati seseorang bisa menyapa begini.

Kim Jennie, nama itu membuat Yoongi grogi sekaligus penasaran apakah dia memakai nama asli atau buatan dari seseorang sebab untuk anak tahun sembilan puluhan nama itu sangat-sangat moderen.

"Uhh, aku tidak tahu harus memulai bagaimana tapi aku sangat-sangat meminta maaf untuk kejadian hari itu—" Kata dia, dari suara sangat kentara bahwa gadis tersebut menyusun katanya sangat hati-hati. Dia juga sangat pemalu dari gelagatnya. "—bukan maksudku untuk menangis serta mengomel tidak jelas uhh, sunbaenim." Ternyata kalimatnya masih berlanjut, ditambah dia memakai gaya bicara sangat formal tetapi nadanya halus layaknya gadis belia. "Waktu itu aku terlalu emosional karna hari itu adalah evaluasi bulanan dan ada kesalahan yang membuatku menjadi terbebani. Sekali lagi aku minta maaf." Kepalanya menunduk singkat, sopan santun yang dia berikan padanya terasa sangat tulus sekali.

𝗗𝗢𝗡'𝗧 𝗕𝗘 𝗢𝗩𝗕𝗜𝗢𝗨𝗦.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang