21

694 62 27
                                    


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Terik panas matahari mengganggu mata walaupun sudah memasang sunglass rasa masih belum cukup. Tabrakan angin gugur dari mobil tanpa atap membuat rambut melayang-layang. Sebagai permintaan terakhir, mustang jadul yang sedang melaju di jalanan berliku-liku itu membuat seorang Jennie Ruby Jane Kim ingin berdiri di atas kursi sambil merentangkan tangan guna memeluk angin lewat. Dengan laju lumayan cepat, ia bisa saja terbang bak layangan maka dari itu Yoongi yang sedang menyetir buru-buru menariknya agar duduk kembali tak lupa ada cuap-cuap omelan.

Jurang yang ada di samping jalanan langsung terjun ke arah laut lepas — daerahnya sudah di benahi maka ombaknya bukan karang namun tembok besar.  Sementara disisi lain banyak pemukiman disewakan bertebaran tak lupa kedai-kedai kecil kopi sebagai tempat sarapan mayoritas pelancong.

Airbnb yang Yoongi perlihatkan di ponsel sebelum mereka pergi dari port membuat Jennie penasaran, matanya terkesima saat melihat beberapa gambar. Dia menyewa seluruh rumah dengan taman luas untuk tiga hari dua malam tentu saja bayarannya bisa selangit.

Gadis itu bahkan hanya bisa membatin, aku sedang memacari konglomerat atau apa ya?

Mengendarai lebih dari 2 jam sejak di pelabuhan cukup melelahkan terutama kekasihnya karena dia ikut mengangkut barang ke dalam mobil walaupun sudah menyewa porter belum lagi nanti saat menurunkannya. Sementara Jennie hanya memiliki satu pekerjaan mudah yaitu membimbing arah peta dari ponsel sebab tidak ada GPS terpasang di mobil tua ini. Layarnya mengatakan mereka sudah mendekati, belokan di sebelah kanan adalah sebuah gang menuju rumah.

Satu hal yang pertama Yoongi lakukan setelah mengangkut seluruh barang dari bagasi ke ruang tengah, sofa di ruangan layaknya memanggil untuk segera merebahkan diri disana. Keringatnya membasahi dahi, bagian leher di baju juga basah. Mengangkut 6 buah koper itu lumayan juga, salahkan Yoongi saat Jennie berupaya berinisiatif tetapi dia sok-sok an tidak mau dibantu.

"Tidur sana, aku masih membutuhkan tenaga mu nanti." Jennie duduk di atas lantai, menyenderi sofa yang tidak ditempati siapa-siapa, tangannya berada di atas meja sambil mengetikan sesuatu di aplikasi notes.

Mendengar suara kaki wara-wiri tidak jelas, gadis itu kembali mengingatkan. "Aku membutuhkanmu nanti membawa barang belanjaan juga, oke?" Saat Jennie menjauhkan fokus dari layar, matanya  pada bergerilya menuju Yoongi yang sedang berjalan ke arahnya sambil membuka kaus basah oleh keringat dan melemparnya asal-asalan. Dia tiba-tiba menerjang lantai berposisi tiduran sambil menaruh kepalanya di atas paha Jennie sebagai bantalan, wajahnya bersembunyi menghadap perut sembari mengunci pinggang gadisnya dengan cara melingkarkan tangan disana.

Jantungnya berdetak kencang.

Tanpa mengatakan apapun Yoongi memejamkan mata, nafasnya masih tidak beraturan, hangat menerpa bahan baju  yang sedang dipakai sampai menembus kulit.

"Setuju tidak?" Tanyanya. Dirinya sudah kembali menulis daftar belanjaan di note. Jika nantinya Yoongi tak akan setuju, Jennie tak segan menyeret kaki lelaki itu keluar. Berhubung mereka berada di luar negeri serta bisa di bilang Jennie tak begitu tahu apa makanan spesifik yang biasanya lelaki itu suka. Kemungkinan besar pasta cepat saji bisa lah ya Yoongi telan.

𝗗𝗢𝗡'𝗧 𝗕𝗘 𝗢𝗩𝗕𝗜𝗢𝗨𝗦.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang