Sudah tiba saatnya untuk menyegarkan kembali pikiran lantang-luntung Kim Jennie perihal menejer merangkap kakak sekaligus ibu yang akhir-akhir ini sering dihindari meskipun peran dia sangat luar biasa kuat dalam membentuk karirnya yang luar biasa menakjubkan dalam rentang singkat.
Shinae, betul, dia adalah Shinae. Menejer pribadi, asisten, kakak perempuan, sosok ibu di lingkungan perusahaan, sekaligus bos yang semuanya dirangkap menjadi satu membentuk diri Shinae semenjak pertemuan pertama mereka di tahun dua ribu sepuluh di depan pintu bangunan training center layaknya takdir mengatakan mereka berjodoh.
Dia adalah orang pertama yang mengenalkan seluruh sistematis cara kerja dunia entertaiment dengan bahasa anak kecil —dipermudah agar cepat mengerti di usia Jennie yang kala itu masih belasan—semenjak dirinya menandatangani kontrak persetujuan pelatihan di bawah naungan YG, nyaris sembilan tahun lamanya membuat persahabatan sekaligus kekeluargaan yang mereka bangun tentu terisi banyak macam memori manis, asam dan pahit pula dilewati sampai Jennie menginjak usia dua puluh tahunan, menuju wanita dewasa, merintis karir sebagaimana semestinya yang ia harapkan —yang semua orang harapkan.
Shinae tahu segalanya meskipun sesulit apapun kau menyangkalnya sebab mereka sudah saling mengenal nyaris satu dekade lamanya terlebih di masa pubertas atau mengurus segala tetek bengek Kim Jennie di periode pelatihan sebelum dirinya memiliki vokal semerdu sekarang, ataupun rapping dengan flow yang tepat ataupun menari sesuai ketukan. Bahkan saat kau hanya berdiam tanpa membuka mulut, pilihannya ada dua, dia bisa sekali mencari kebohongan mana yang tengah disembunyikan atau pura-pura tidak tahu sebab kasihan.
Entah sudah berapa puluh kertas tisu dibuang ke bawah untuk menyeka air mata, cucuran kristal beningnya masih belum ingin berhenti keluar sampai bagian bawah mata berbentuk kucing membengkak kian besar belum lagi lendir saling adu balap terjun dari lubang hidung. Mobil sedan hitam milik perusahaan ini sudah layak berganti nama menjadi mobil pengangkut sampah berkat gunungan kertas di atas kaki. Dalam perjalanan menuju perusahaan juga cuma terisi suara isakan tangis tunggal milik artis muda yang baru saja menjadi headliner panas tersandung berita kencan. Itu semua membuat gambaran diluar ekspektasi semua orang Jennie yang masih terbilang rookie yang malah keruntuhan beban, orang-orang menejemen yang menjaga artisnya dari pagi hingga malam bahkan harus mengetahui kemana gadis itu barang ke minimarket saja merasa terhianati setelah mendapatkan info dari orang di luar lingkup perusahaan bukan dari mulut artis mereka sendiri.
Ku kira Jennie tidak akan pernah menyembunyikan kehidupannya?
Bukankah Jennie selalu terbuka?
Entah sudah sebesar apa kesabaran yang wanita itu punya hanya karena setengah kehidupan didedikasikan mengurus Jennie. Yang pasti mengantar Jennie ke perusahaan adalah untuk meminta kejelasan langsung dari bibirnya terkait mengapa bisa kehidupan pribadi anak didikannya diacak-acak oleh media asing tepat di depan saksi meliiput para staff management dan kuasa hukum —jika diperlukan— terlepas bukti yang muncul jauh dari kata palsu.