Selang 2 hari dari ke datangan Yoongi di airport, suasana bandara Incheon untuk pemilik nama Kim Jennie tak kalah mencekam apalagi baru pagi ini teaser poster-nya rilis. Jennie terdesak oleh segerombolan wartawan dan fansite, belum termaksud orang-orang yang memiliki urusan di bandara. Seorang anak kecil bahkan menunjukan jari kebingungan kepada ibunya kenapa ada seorang wanita dewasa di desak seperti itu.Blitz kamera membuat ia sulit melihat sangat jelas, meskipun ditutupi oleh kacamata sunlight gantle monster. 3 orang manager masih juga kewalahan. Jennie hampir panik, ia ketakutan tidak bisa bernafas, tubuhnya kecil, tak bisa memberontak di tengah lautan manusia. Ia bahkan bisa merasakan lensa panjang mengenai pundak, atau lututnya bersentuhan oleh lutut orang lain. Wartawan yang menyorot cuma mengambil ketenaran dan fansite yang menjepret cuma ingin mendapatkan kecantikan wajahnya tanpa mengenal apa itu jaga jarak.
Jennie menarik baju bagian bawah manajer, tidak ingin di tinggal ataupun salah arah ketika keadaannya sudah di kepung lautan manusia. "Oppa, aku tidak bisa melihat, aku tidak bisa melihat."
Jennie bisa panik di keadaan tertentu, semua orang di perusahaan sudah mengetahui sangat detail akan hal tersebut maka sebelum keadaan semakin memburuk, sang manajer merangkul Jennie, menutup seluruh wajah artisnya dari tembakan blitz menggunakan jas sampai dia yang bisa memasukan Jennie ke dalam mobil van dengan selamat.
Jennie lelah, letih, lesu. Ia bahkan sama sekali tidak menikmati perjalanan ke rumah orang tuanya, banyak terdiam dan bengong menatap manajer sedang menyupiri di kursi kemudi.
Setelah sampai ibunya membuka gerbang tanpa menggunakan sapaan hangat kepada anaknya yang sudah lebih dari 15 hari tidak di Korea, jarang menghubungi karna susah sinyal apalagi ia sempat tinggal di pesiar. Jennie cuma bisa mendelik menatap ibunya yang sudah pasti membaca artikel sambil menunggu kepulangan sang anak semata wayang. Bukannya bahagia justru berubah menjadi sangat khawatir, marah, ingin mengamuk. Tergencit di antara manusia tak beradab, hampir mengintrogasi manajernya kenapa bisa tidak becus menyiapkan bodyguard berjaga, Jennie menarik lengan ibunya agar cukup ia saja yang menjelaskan serta menyeret ibunya masuk, mengambil alih remot pagar agar tertutup otomatis setelah manajernya bergerak mundur.
"Mom! Kau membuatku malu di depan Jowoon oppa!" Jennie cemberut. Kaki mengganti alas dari sneakers menjadi slipper lembut berbulu, ia berjalan tergesa-gesa membawa 1 koper sementara sang ibu juga membawa 1 koper turut membantu membawa
"Bagaimana bisa mom membuatmu malu ketika yang beredar di artikel benar, lihat! Namamu trending disana!"
Bentakan dari ibunya kadang membuat Jennie tidak bisa melakukan apapun selain menangis. Jennie punya momen dimana ia sangat-sangat menyesal menjadi anak satu-satunya di keluarga, orang tua super duper ketat bahkan setelah ia bekerja sekali-pun masih menganggapnya anak kecil. Jennie kesal kenapa se-waktu bocah selalu benci ketika orang tuanya bertanya apakah ia ingin punya adik. Jennie selalu cemburu ketika ia punya sepupu kecil dan orang tuanya banyak memberi perhatian kepada mereka seolah meninggalkan Jennie. Lalu ketika dewasa Jennie selalu menyadari keegoisan ataupun kecemburuan bisa berdampak ke masa depan. Di saat dirinya ada kala tidak ingin dikekang ataupun tidak ingin begitu diperhatikan, ia tahu ia tidak bisa kabur dari tatapan orang tuanya.