Saat itu, musim panas di bulan akhir agustus akan lenyap. Orang-orang masih banyak memakai pakaian tipis nan pendek sambil berjalan kaki melewati daerah perkantoran atau pertokoan. Angin malam masihlah panas membawa udara. Masih membakar kulit, kulitpun akan memerah, peluh pun masih bisa menempel pada bagian kerah leher atau ketiak. Well, musim panas adalah hari melelahkan karna kau bisa memproduksi banyak keringat sebelum bekerja. Banyak orang memegang kipas gagang atau setidaknya duduk di halaman seven eleven sambil memakan ice cream.Di jam 9 malam pun orang-orang masih betah di luar. Matahari baru terbenam 1 setengah jam yang lalu tak mematahkan adventure apalagi besok hari minggu. Lagu-lagu viral selalu dipasang bak jimat keberuntungan mengantar pelanggan masuk ke toko. Contoh besarnya solois PSY sedang naik daun mengguncang kancah Korean Hallyu. Warna warni lampu neon merubah suasana malam menjadi makin berwarna bahkan bisa mengalahkan kawasan elit Shibuya, mungkin tak perlu pergi ke Tokyo untuk melihat itu dan berswafoto.
Seoul berubah banyak setelah pria itu menginjakan kakinya 4 tahun yang lalu. Hari-hari selalu berubah, ia bisa melihat begitu banyak wisatawan mancanegara mondar-mandir menikmati Seoul vibe, ibukota negara Korea Selatan. Kadang mereka bersama tour guide, kadang mereka seperti orang yang ingin survive aka backpacker dan tentu lebih dari 80% penduduk lokal tidak mengetahui cara membalas percakapan menggunakan Bahasa Inggris kecuali yes atau no.
Yang membuat Seoul terutama Gangam menjadi terkenal adalah karna lagu Gangnam Style melejit parah, sukses ke seluruh antero bumi bahkan sampai penyanyi bernama asli Park Jaesang itu bisa menari telanjang dada di depan Barack Obama. Keren? Tentu saja! Kesuksesan itu berkat lagu lucu yang sebetulnya sedang menyindir para manusia Gangnam yang kebetulan tanahnya sedang pria itu pijaki.
Terkesima di depan toko Samsung elektronik, kakinya berhenti menatap berita tak bersuara, setidaknya empat Televisi 50 inch menyiarkan berita sebagai bentuk promosi barang. Dilewati banyak orang, hanya pria itu yang betah membaca headline berita nasional, seperti gelandangan ia tak memiliki tv atau tak memiliki ponsel untuk membuka Youtube.
Panggung amerika sangat luar biasa besar, mata lelaki itu terkesima saat artis sekelas Justin Bieber bisa satu acara bersama PSY.
PSY akan melakukan comeback, akankah mencetak rekor sebesar Gangnam Style?
Pria itu berfikir sebagai sesama masyarakat Korea Selatan yang harus memberi dukungan. Korea bisa dilirik banyak turis luar negeri berkat PSY, kontribusi sebagai menyanyi mampu menjual budaya. Kementrian pariwisata tentu saja senang saat devisa negara naik lebih dari 30%, semua orang mengagungkan soloist jenaka itu.
Betapa beruntungnya, berapa beruntungnya seseorang bisa dilirik hanya karena lagu sementara pria di depan toko elektronik ini hanya bisa melihat berita, menginginkan kesuksesan itu di dalam genggamannya.
Saat itu ia masih dalam lingkungan asrama, berjalan seorang diri di tengah penat malam minggu bermodal dompet tipis. Ia sendiri tidak percaya berjalan kaki agak jauh, jika ia tetap berjalan lurus tiga blok di depan sudah bukan areanya lagi.