Pagi ini mereka semua sudah bangun dan bersiap siap untuk menuju ke Parapata itu tujuan awal mereka. Sinta dan Vadia sedang merapikan keperluan nya saat perjalanan nya nanti. Mereka yakin perjalanan itu akan memakan waktu yang cukup lama.
Sinta masuk kamar lalu duduk di ranjang. "Kamu sudah buat sarapan untuk kita dan untuk mereka? Tanya Vadia. Sinta mengangguk.
"Mereka semua sedang memakannya, kita hanya punya susu dan roti dengan selai." jawab Sinta sedikit sedih
"Tidak apa apa, sebagian rotinya kamu masukkan tas dan jangan lupa airnya" perintah Vadia. Sinta keluar kamar lagi untuk memenuhi permintaan Vadia.
Selesai sarapan mereka semua bersiap siap, mata Vadia melihat Han sedang berbicara dengan seseorang. Dirinya yakin kalau itu bukan salah satu dari saudaranya. Namun dirinya tidak peduli bukan urusannya.
"Kamu dari mana Han?" Tanya felix
"Aku dari..." belum sempat melanjutkan ucapannya Changbin sudah memotongnya "Sudah,ayo berangkat sekarang" semua mengangguk.
Mereka semua jalan menuju ke Timur. Vadia dan Sinta berjalan paling belakang.
••••
Sudah setengah jam mereka jalan dan mereka sudah mulai memasuki desa. Dari jauh Vadia melihat wanita tua yang umurnya sekitaran enam puluh tahunan. Wanita itu duduk memeluk kakinya yang keriput sedang bersandar diantara toko toko penjual kain. Kasian, batin Vadia berkata.
"Sinta, berikan aku dua lembar roti dan air yang kau bawa" Pinta Vadia.
"Kamu bawa air lagi kan? " Tanyanya .
"Iya, buat apa memangnya?." Tanya Sinta.
"Berikan padaku!" Sinta memberikan roti dan Air itu ke Vadia dengan Tatapan bingung. Tidak mungkin Vadia Lapar padahal baru setengah jam yang lalu dirinya sarapan.
Gadis itu berjalan mendahului Bangchan serta Saudaranya, mereka semua pun bingung dan mengikuti arah pandangan Vadia.
"Permisi, Aku ada sedikit Roti dan air anda bisa menerimanya." ucap Vadia berlutut didepan wanita itu ramah. Wanita tua itu tersenyum kearah Vadia dan menerima roti serta airnya.
"Terimakasih banyak nak"
"Sama sama, saya permisi." Vadia yang hendak bangkit tertahan dengan tangannya yang dicekal oleh wanita itu.
"Ambilah ini nak, ini ramuan penyembuh segala penyakit. bahkan orang yang sekarat pun bisa disembuhkan" wanita tua itu memberikan botol berukuran kecil ke Vadia.
Vadia mengambil ramuan itu dengan tatapan bingung. "Bagaimana cara kerjanya?" Tanyanya
"teteskan satu kali ke mulut orang tersebut maka orang tersebut akan pulih" jawabnya.
"Terimakasih, saya akan menjaga dan menggunakan nya dengan baik." jawabnya sopan, setelah itu Vadia pergi dan bergabung kembali ke mereka semua.
"Apa yang wanita itu berikan?" Tanya lee Know.
" Segitu penasaran nya kamu?" Tanya Vadia balik. Lee know jengkel, bingung kenapa ada Perempuan seperti Vadia. Padahal dirinya hanya bertanya. Mereka semua melanjutkan perjalanan nya, melewati desa.
•••
Sudah satu jam mereka jalan, dan sekarang mereka sampai disebuah pasar yang cukup ramai.
"Perhatikan langkah mu nak" teriak salah satu penjual. Mereka semua jalan beriringan. Sinta jalan duluan langkahnya terhenti ketika ada yang yang meneriakinya.
"Awas nak, ada kayu jatuh!." Kayu dari ketinggian lima meter terjun bebas tepat diatas kepala Sinta.
Spontan Sinta teriak sambil menutup mata, Ayen yang melihat kejadian itu langsung berlari dan menahan kayu berukuran sedang itu. Sinta tidak merasakan sakit. Saat membuka mata, mata mereka bertemu. Keduanya saling pandang sama sama terkejut.
Mereka berdua masih bertatapan. Posisi Sinta tepat dibawah Ayen dengan tangan kanan Ayen menahan pinggang Sinta. setelah tersadar dengan jarak yang sangat dekat, Ayen menjauhkan dirinya lalu membuang sembarang kayu yang dirinya tangkap.
"Kamu tidak apa apa?" tanya Ayen
Sinta mengangguk sebagai jawaban.
" Lain kali hati hati " sambungnyaMereka berdua tidak menyadari bahwa sekeliling mereka sedang menatapnya. Sinta menghampiri Vadia, dirinya masih kaget. Vadia berdehem, Sinta langsung melihat kearah Vadia.
"Kenapa?" Tanyanya
"Kamu tidak apa apa?" Vadia balik nanya
"Tidak apa apa hanya kaget" jawabnya
"Kaget karena mau tertimpa kayu atau karena bertatapan dengan Ayen?" Tanya Vadia meledek.
"Vadia!!" Bentak Sinta. gadis rambut sebahu itu hanya tertawa. Delapan pemuda itu melihat kearah dua gadis itu. lalu salah satu dari mereka menyeletuk
"Vadia bisa tertawa?" Tanya Felix polos. Muka Vadia langsung datar kembali dan salah tingkah karena ucapan Felix. Dirinya jarang berbicara dengan orang asing jika tidak ada keperluan. Mereka semua menyadari raut wajah Vadia yang cuek lagi, lalu Bangchan berucap
"Felix, kau merusak suasana mereka saja." setelah itu Bangchan dan lainnya lanjut berjalan.
Felix menggaruk kepalanya yang tidak gatal lalu mengikuti langkah saudara nya disusul Vadia dan Sinta dibelakangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret of Parapata's || Stray Kids ✓
Teen Fictionbook #1 " Gadis yang lahir di Bintang Biru memiliki sifat yang emosional dan susah mengendalikan amarahnya, maka itu yang sangat ditunggu tunggu saat Bintang Biru muncul". "Kekuatan itu menjadi penyebab utama terbesar untuk memiliki kekuatan yang le...