Batu pelangi sudah mereka lewati, saatnya ketempat selanjutnya. Mereka semua sudah kembali memasuki hutan yang lebat tanpa penghuni ini. Waktu sudah mulai malam, mereka semua tidak bisa melanjutkan perjalanan dengan keadaan gelap.
Semuanya memutuskan untuk bermalam ditengah hutan ini. Semuanya lupa tidak makan seharian. Mereka mengelilingi api unggun yang dibuat Lee Know, menggosok gosok kan kedua kelapak tangan agar lebih hangat. Vadia dan Sinta menggunakan mantel yang di bawanya. Sinta sibuk dengan panahannya, Sedangkan Vadia sibuk dengan buku tebalnya.
Vadia membuka setiap lembaran yang ada dibuku itu, meneliti setiap kalimat yang tertera. Hingga tangannya berhenti disalah satu tulisan "Kabut Tebal adalah keinginan semua orang, Siapapun ingin menjadi kaya." dirinya kaget setelah membaca.
Teori apa lagi ini. Apa yang sebenarnya nya terjadi?. Atau Jangan jangan kabut tebal dan Parapata adalah tempat yang sama. Hanya peta nya yang di buat menjadi dua bagian. Bisakah kalian menebaknya?. Vadia mengerutkan dahinya bingung. Sinta yang melihat sahabatnya bertanya.
"Kenapa?" Vadia menengok kearah sinta sambil menunjukkan tulisan itu.
"Maksudnya?" Tanyanya lagi. Vadia menggelengkan kepalanya. mereka berdua bingung maksud dari teori ini.
••••
Ditengah malam Sinta terbangun dari tidurnya, tidak nyaman tidur ditengah hutan seperti ini. Dirinya hanya dibalut dress lusuh dan mantel tebal yang dirinya bawa. dirinya duduk lalu melihat Ayen. Sinta menghampiri Ayen berniat untuk mengucapkan terimakasih untuk kejadian tadi. Ayen terkejut dengan kedatangan Sinta.
"Uhm..Terimakasih untuk yang tadi" kata Sinta sambil memainkan jari jari tangannya. Ayen tersenyum
"Tidak apa apa" . Setelah ini hening tidak ada yang berbicara. hingga mereka mendengar suara seseorang sedang berbicara.
"Kamu dengar?." Tanya Ayen, Sinta mengangguk. Ayen menarik tangan Sinta untuk ikut dengannya menelusuri suara itu berasal. Langkah mereka terhenti ketika melihat Han sedang berbicara dengan wanita paru baya dengan suling di tangannya.
"Kau sudah kuperintahkan untuk membawa Gadis itu ke istana ku!" Bentaknya kasar. Han hanya menunduk
"Aku tidak bisa membawa Gadis itu secara langsung" bela Han takut.
Tunggu, Gadis? Siapa yang dimaksudnya?. Disini hanya ada Sinta dan Vadia.
"Bawa Gadis itu ke Bintang Biru!" Perintah wanita paruh baya itu.
"Jika kau tidak membawanya. maka kaulah yang ku jadikan santapannya!" Sambung penyihir itu. Ayen kembali menarik tangan Sinta menuju ke api unggun sebelum Han mengetahui mereka berdua. Ayen dan Sinta memutuskan untuk kembali tidur agar Han tidak curiga.
Mereka bingung kapan Han bisa meninggalkan api unggun itu. Sinta masih bingung siapa gadis yang dimaksud Han dan wanita payuh baya itu. Dia harap bukan dirinya dan Vadia. Ada rasa takut menghampiri Sinta.
••••
Pagi ini mereka semua sarapan ikan bakar yang ditanggap Changbin dan Bangchan. Mereka semua makan di tepi air terjun yang deras. Vadia menyadari tatapan kosong Sinta.
"Kenapa melamun?" Tanya Vadia
"Tidak apa apa." Vadia mengangguk
"Kamu jangan jauh jauh dari aku ya" pinta Sinta. Vadia mengiyakan tanpa rasa curiga
Setelah makan mereka semua melanjutkan perjalanannya. Selanjutnya adalah rumah opera. Rumah hiburan jaman dulu yang sekarang tentu sudah tidak terpakai.
Semuanya berjalan mengikuti peta. Bangchan dan Vadia memimpin perjalanan mereka semua.
Bangchan menaiki dua anak tangga rumah opera, lalu mengulurkan tangannya untuk membantu Vadia naik bersamanya. Vadia mengucapkan terimakasih, Bangchan menggenggam tangan Vadia dan tidak ada perlawanan dari gadis itu, Tautan tangan mereka terlepas mendengar Felix berteriak kencang.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret of Parapata's || Stray Kids ✓
Teen Fictionbook #1 " Gadis yang lahir di Bintang Biru memiliki sifat yang emosional dan susah mengendalikan amarahnya, maka itu yang sangat ditunggu tunggu saat Bintang Biru muncul". "Kekuatan itu menjadi penyebab utama terbesar untuk memiliki kekuatan yang le...