9

44 25 0
                                    

Hari pun sudah semakin gelap menampak kan sang mentari yang mulai memudarkan cahayanya. Begitupun para penjelajah yang mulai lelah dan lapar, hingga sesampainya di sekitar pinggiran sungai disebelah gunung yang menuju Parapata para penjelajah itu memberhentikan perjalannya.

“hei, kamu gak apa apa?” tanya Sinta pada sahabat cantiknya yang sedang melamun sambil menarik narik gaun nya yang lusuh itu.

“heii aku memanggilmu.” ucap Sinta sekali lagi sambil menepuk kepala Vadia, karena Vadia tidak menggubris perkataan Sinta sedari tadi “ a-ahh aku gak apa apa, kenapa? khawatir?” ledek Vadia kepada sahabatnya yang satu ini.

karena merasa di ledek oleh Vadia, Sinta pun merotasi kan kedua bola matanya karena sangat malas dengan kelakuan Vadia yang satu ini. “cih sudah benar tadi aku tidak menanyakan mu Vadia” ucap malas Sinta Vadia hanya bisa tertawa karena respon lucu dari sahabat nya itu.

di saat dua gadis itu sedang asik melontarkan kejahilan satu sama lain di satu sisi ada seseorang yang memperhatikan mereka dengan sorotan mata yang sangat menyesal

“ apa aku keterlaluan kepadanya?”

“ apa aku harus memberitahu kan yang sebenernya “ ucapan penuh sesal didalam batin Han

“kak Chan menurut mu Han berbohong atau tidak?” tanya seseorang kepada kakak tertuanya

“ hmm aku tidak tau kita belum bisa menyimpulkan itu semua jujur atau kebohongan Min” Seungmin yang tidak bisa menemukan jawaban dari kejadian tersebut hanya terdiam dan menekuk lusuh wajahnya, Bangchan terkekeh sambil mengusap kepala adiknya itu.

•••

Sinta dan Vadia sedang duduk dipinggir sungai sambil melihat lihat ikan yang sedang berenang kesana kemari membuat gadis cantik dan manis itu tertawa akan tingkah ikan tersebut, tiba tiba Sinta memegang air namun karena ia ceroboh dia hampir terjatuh karena dia berucap “jangan jatuh tetaplah duduk dan seimbang!” ucap Sinta secara reflek.

Vadia yang ada disisi sahabatnya itu pun terkejut akan hal yang baru saja terjadi

“ kok bisa?” batin Vadia. Sinta yang mulai sadar akan keanehan dalam dirinya memulai pembicaraan kepada Vadia.

“ hei kamu lihat barusan kan Vadia?” tanya Sinta dengan wajah kaget.

suara ketukan terdengar dari arah timur membuat delapan pangeran dan dua gadis dipinggir sungai tersebut terdiam sambil menatap satu sama lain seakan akan memberi sinyal “ apa itu?! harus apa kita sekarang? apakah itu hal yang mengerikan lagi?!”.

skrrkkkk... KRAKKKK!!

pohon jatuh tepat diatas kepala Felix dan Lee Know. Vadia yang menyadari hal itu sedikit berlari dan memejamkan matanya lalu membuka dengan perlahan dan menampilkan pupil nya berwarna kuning, Vadia menatap Lee Know lalu berkata

“ diam saja pohon itu akan jatuh disebelah kananmu jika kamu bergerak karena panik kamu akan tertimpa pohon itu!” ucap Vadia lewat sorotan mata kuningnya.

GEBRAK!! sssshhh...

“ah hampir saja aku mati” ucap Felix

“kau apakan aku Vadia?! ” tanya Lee Know membentak Vadia. Sinta yang tau sahabat nya di bentak dengan suara meninggi berjalan ke depan Vadia
“ kau diajarkan sopan santun kan sama keluargamu? jadi gunakan lah itu tuan Lee Know” ucap Sinta sarkas.

Vadia hanya bisa diam dan menahan air matanya karena kaget akan pertanyaan Lee Know yang menggunakan suara tinggi nya itu .“ tidak apa apaa ada aku, kalau ada yang jahat bilang aku, nanti aku buang jurang.” ucap Sinta sambil tersenyum dan Vadia pun sedikit tenang dan tertawa mendengar tuturan kalimat dari sahabatnya itu.

“aku tau kamu udah sedikit ngerasa aneh sama diri kamu”

“ aku juga ngerasa gitu”

“ apa kita perlu cari tau Vadia?” tanya Sinta secara beruntun kepada Vadia.

Vadia pun tiba tiba membuka tas nya yang selalu ia bawa dia mengambil sebuah buku tua yang bercorakan kastil kastil tua berbahan kain lama peninggalan keluarga nya dan menunjuk sebuah kutipan didalam nya “ indah kabar dari pada rupa”.

Sinta pun menoleh kepada Vadia bertanya.“ maksudnya? kita tidak tahu apa?” Vadia pun menjawab dengan gelengan karena Vadia tidak pernah bisa menemukan jawaban dari kalimat kutipan tersebut selama ini.

•••

Tahun 1896 yang lalu.
dulu sebelum Vadia dan Sinta lahir orang tua Vadia dan Sinta sebenarnya adalah seorang bangsawan namun karena banyak manusia yang iri dan benci terhadap kebaikan dan keunikan mereka hingga suatu hari mereka di singkirkan secara perlahan.

Orang tua Vadia sangat unik pada matanya pertanda dia mempunyai kekuatan yang bahaya namun dia bisa mengontrol nya salah satunya memiliki warna merah. begitupun orang tua Sinta yang memiliki warna hijau dengan arti memiliki kekuatan yang bisa menyembuhkan segala macam penyakit namun, kenapa Sinta berbeda seharusnya Sinta mempunyai warna mata salah satu diantara orang tuanya.

takdir berkata lain disaat Vadia lahir terlebih dahulu dengan keadaan damai dan tentram, namun Sinta lahir dalam keadaan penyihir sedang bermain main dengan kedua keluarga tersebut. hingga hari itu tiba kelahiran seorang anak perempuan bernama Sinta dengan keadaan bulan biru sedang berganti disitulah penyihir membaca kalimat kutukan

“ siapapun anak yang akan lahir malam ini, dia akan mempunyai mata berwarna oren, anak ini akan susah mengendalikan diri sendiri terutama amarah dan emosinya”.

itulah sebabnya adanya Vadia disisi sahabatnya, Sinta. karena Sinta sungguh sangat membutuhnya Vadia sebelum menemukan jalan untuk Vadia dan Sinta menormalkan warnanya seperti sedia kala. Vadia mempunyai sisi mata lain yang berwarna kuning, lebih damai dibandingkan Sinta yang emosian. Mereka akan saling melengkapi dengan sifatnya yang berbeda. Namun jika mereka sudah marah dan sama sama susah mengendalikan diri, maka segalanya akan hancur.

The Secret of Parapata's || Stray Kids ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang