16

31 19 0
                                    

Sore Ini mereka kembali memasuki hutan yang lebat, perjalanan menuju Parapata sudah didepan mata. Mereka semua belum menyerah walaupun lelah letih mereka rasakan. Mereka melihat gubuk kayu yang lumayan besar tiga meter didepan mereka. Gubuk kayu yang sudah usang dengan lentera api yang sudah terbakar namun masih ada sisa sumbunya terdapat disana.

Hujan tiba tiba mengguyur mereka semua , mereka semua berlari menuju gubuk kayu itu. Namun berbeda dengan Vadia dirinya diam ditengah Hujan. Sesampainya digubuk Kayu Sinta menyadari sahabatnya tidak ada.

" Lah, Vadia dimana ?" Sinta bertanya pada delapan cowok tersebut. Seungmin menunjuk gadis yang sedang menari dibawah hujan sesekali gadis itu tertawa senang. Delapan cowo itu melihat tingkah kekanakan Vadia dengan heran.

" Kebiasaan Banget Vadia " Sinta berdecak sebal lalu menghampiri Vadia sebelum badan dan baju Vadia semakin Basah. Sinta menarik tangan Vadia membuat Vadia terkejut

" Ihh Sinta, kenapa sih?"

"Tidak mau!"

"Lepaskan!"

Ocehan Vadia tidak digubris oleh Sinta, hingga sampai digubuk itu Vadia berhasil melepaskan tangannya dari cekalan Sinta.

"Kamu masih bertanya kenapa?! " Ucap Sinta dengan nada tinggi

"Kamu tuh kebiasaan ya kalau ketemu hujan! "  Ucap gadis itu dan Vadia tertawa. Delapan pangeran bingung melihat Vadia tertawa

" Sekali?!" Mohon Vadia , Sinta melotot mendengar ucapan Vadia

"Tidak Vadia!!" Bentak Sinta kembali

" Please?" Vadia kembali memohon kepada Sinta dengan Nada kekanakan nya sambil memegang tangan Sinta. Tanpa mendengar jawaban Sinta, Vadia kembali berlari kebawah guyuran hujan yang deras

"Dasar keras kepala!! " Ucap Sinta lalu mengejar Vadia kembali. Sinta menyeret Vadia kembali ke gubuk tua itu, delapan Cowok itu diam tidak berani ikut campur perdebatan mereka berdua. Vadia diam dalam seretan Sinta. Mereka berdua kembali dengan keadaan basah kuyup

"Kamu mengerti tidak Vadia?" Ucap Sinta kesal , Vadia diam tidak menanggapi bentakan Sinta

"Kamu seharusnya mengerti Vadia"

" Bagaimana kalau kamu sakit? Kamu tahu perjalanan ini masih panjang Vadia, dan aku tidak mau kamu kenapa kenapa!! " Sinta refleks membentak Vadia dengan Nada yang tinggi. Vadia terkejut dengan bentakan Sinta

" Aku mengerti Sinta, aku tahu. Kamu juga seharusnya tahu aku suka hujan, dan seharusnya lagi kamu mengerti aku tidak suka dibentak!! " Ucap Vadia lalu meninggalkan gubuk itu membuat semuanya terkejut. Sudah cukup dirinya dibentak sejak tadi, Han dan Lee Know merasa bersalah karena tadi membentak Vadia, Vadia takut bentakan. Dirinya terlalu lemah dengan bentakan. Walau kadang Vadia membentak tidak sengaja namun dirinya takut bentakan.

Bangchan bangun dari duduknya ingin mengejar Vadia namun ditahan oleh Sinta
" Tidak usah dikejar, Nanti juga reda sendiri dan kembali lagi." Bangchan terkejut mendengar nya

"Kau gila Sinta, kondisinya sedang Hujan dan sekarang ditengah hutan. Bagaimana jika sesuatu terjadi padanya?" Tanya Bangchan kesal.

"Salah dia sendiri pergi seperti itu" jawab Sinta sekenanya. Jujur didalam hati Sinta dirinyapun khawatir dengan Vadia yang ceroboh dan polos seperti itu takut terjadi sesuatu padanya.

Han berdiri dari tempat duduknya dengan semangat, Han mempunyai kesempatan untuk menculik Vadia lalu membawanya ke Bintang Biru dengan mudah. Tanpa mendengar ucapan yang Lain, Han pergi menyusul Vadia. Semuanya diam dan terkejut dengan tinggah Han mengapa dirinya rela mengejar Vadia saat hujan seperti ini.

"Kenapa Han pergi?" Tanya Seungmin. Ayen mengerti dan langsung tersadar dengan semuanya. Han pasti sudah menjalankan misinya untuk membawa Vadia pergi kewanita itu.

"Vadia dalam Bahaya!!" Ucap Ayen tiba tiba. Sinta paham maksud Ayen dengan kepergian Vadia dan Han barusan. Membuat dirinya lemas, menggerutuki tingkahnya.

"Kalian diam disini jangan ada yang pergi, biar aku saja!" Perintah Ayen, mereka semua semakin bingung. Pikiran mereka kacau memikirkan Vadia dan Han. Ayen pergi menyusul Vadia dan Han.

Sudah lima belas menit Hujan berhenti dan Mereka bertiga belum kembali. Rasa khawatir menyelimuti mereka semua.

" Apa yang Han dan Ayen sembunyikan dari kita semua?" Tanya Changbin tiba tiba. Sinta menatap Changbin matanya sudah menahan Air mata khawatir dengan Kondisi Vadia.

"Kau tahu sesuatu Sinta?" Tanya Changbin. Sinta memalingkan Wajahnya ke arah lain. Ayen kembali dengan raut Wajah sedih sambil membawa bandana bunga buatan Hyunjin. Sinta berlari menghampiri Ayen

" Mana Vadia?" Tanya Sinta dengan nada bergetar dan panik

" Mana Vadia, Ayen?" Tanya Sinta lagi dengan nada menekan dan tidak sabaran. Ayen diam tidak menjawab

"Dimana mereka berdua?" Tanya Bangchan

Hyunjin mengambil bandana bunga yang tadi dirinya kasih ke Vadia, lalu dirinya menatap Ayen.

"Vadia...." Ayen menggantung ucapannya, semuanya masih diam ingin mendengar kan ucapan Ayen.

"....Diculik Han" semuanya terkejut mendengar ucapan Ayen. Sinta jatuh duduk lalu menangjs sejadi jadinya mendengar tuturan kata Ayen. Ayen ikut menjajarkan tinggi Sinta lalu memeluk gadis mungil itu. Sinta menangis dalam dekapan Ayen.

" Bagaimana bisa diculik?!!" Tanya Hyunjin dengan nada tinggi. Sinta dan Ayen menjelaskan kronologi saat mereka dihutan beberapa hari yang lalu. Semuanya terkejut mendengar nya. Han menghianati mereka semua. Semua marah dan tidak menyangka. Saat itu Han berbohong katanya Han tidak mengenalnya namun sekarang Han bekerja untuk wanita itu. Mereka belum mengetahui alasan Han melakukan hal ini.

Sinta masih menangis didalam dekapan Ayen. Sinta menyesal karena membentak Vadia. Dirinya lepas kendali jika sudah emosi. Salah Vadia juga yang keras kepala jika diberi tahu tidak langsung nurut. Ayen mengelus pundak Sinta, lalu menatap kearah saudara Saudaranya.

"Kemana Han membawa Vadia?" Tanya Felix. Ayen mengeluarkan Foto Vadia dan dan Bangchan menerimanya. Dibalik foto itu terdapat tulisan Ku bawa gadis ini ke Bintang biru arah Selatan. Mereka saling tatap dan mulai menyusun rencana.

Sinta berdiri dibantu oleh Ayen, Ayen menghapus sisa jejak air mata yang ada dipipinya. " Jangan nangis ya, kita akan menemukan mereka" ucap Ayen senyum dan Sinta mengangguk pasrah. Sinta mengepalkan tangannya emosi dengan tinggah Han, Sinta tidak menyangka bahwa Han akan nekat seperti ini. Jika sesuatu terjadi pada sahabatnya, Sinta tidak segan segan akan melukai Han.

The Secret of Parapata's || Stray Kids ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang