Ujian Semester Ganjil

26 5 0
                                    

Saat tiba di meja makan, Riana hanya menjumpai Rayhan dan Katrina. Tak ada Ilham di sana. Biasanya, pagi hari begini, Ilham sudah duduk manis di kursi favoritnya sembari menyantap seporsi nasi goreng buatan Katharina.

"Bang Ilham mana, Ma?" tanya Riana dengan alis terangkat.

"Abang kamu udah berangkat ke kantor. Ada meeting sama klien dari Jepang. Lagian, Papa kamu juga, sih. Ilham kan, udah mau tesis. Masih aja disibukin sama urusan kantor," jawab Katharina.

"Sekali-kali nggak apa-apa lah, Rin," balas Rayhan.

"Lho, emangnya Papa nggak ke kantor?" Kali ini Riana bertanya pada Rayhan.

"Hari ini, Papa harus ke Padang. Mau ketemu kolega di sana," jawab Rayhan. "Kamu berangkat sama Pak Maman, ya," lanjutnya. Riana mengangguk.

"Semalam, kamu kemana aja, Sa?" tanya Katharina tiba-tiba. "Kata Mbok Maryam, kamu pulang duluan," lanjutnya.

Riana menelan sandwich di mulutnya dengan susah payah. Dengan gugup Riana menjawab pertanyaan itu. "Aku sakit perut, biasalah cewek," alibinya. "Waktu mau pamit, aku nggak lihat Mama sama Papa. Bang Ilham juga nggak kelihatan. Makanya, aku langsung pulang aja naik taxi," jelasnya bohong.

"Ooh. Sekarang masih sakit?" tanya Katharina dengan raut khawatir.

"Udah mendingan kok, Ma," cengir Riana.

*****

Kantin memang lebih ramai saat jam istirahat. Apalagi kantin di Tunas Bangsa hanya ada satu. Otomatis semua siswa-siswi, mulai dari kelas 10 hingga 12, akan makan di sana. Area kantin memang sangat luas.

"Laper banget gue," ujar Mellisa seraya memakan baksonya dengan terburu-buru.

"Pelan-pelan, Mel," tegur Riana. Riana sendiri lebih memilih soto untuk santapannya kali ini.

"Lo, udah belajar buat UAS?" tanya Mellisa di sela makannya.

Riana menggeleng. "Belum," jawabnya. "Lusa gue mau ke perpustakaan daerah buat cari tambahan materi," beritahunya. "Lo, mau ikut?" ajak Riana kemudian menyeruput es teh manisnya.

Mellisa menyengir. "Gue belajar dari buku yang ada aja, deh," tolak Mellisa halus.

"Kapan-kapan, lo harus ikut," ucap Riana.

"Kalung lo, bagus," tunjuk Mellisa pada leher Riana. "Beli di mana?" tanya gadis itu.

Riana memegang kalung bulan sabit yang melingkar di lehernya. "Dari, Nyokap. Nggak tau deh, beli di mana," jawabnya asal. Bisa ribet kalau sampai Mellisa tahu kalung ini dari Marvel. Pasti gadis itu akan bertanya banyak hal.

Mendadak kantin menjadi heboh. Di ambang pintu, Five Elang terlihat memasuki kantin. Riana menghela nafas. Maklum dengan kehebohan kantin. Hal ini sudah lumrah terjadi. Tidak hanya di kantin, di manapun pasti heboh oleh kedatangan mereka.

Marvel dan anggota Five Elang lainnya duduk tak jauh dari meja yang ditempati Riana dan Mellisa. Hanya berjarak dua meja saja. Mereka berlima duduk melingkar. Posisi duduk Marvel persis menghadap Riana.

Dari tempatnya duduk, Riana dapat melihat Marvel yang juga sedang menatapnya. Pemuda itu menunjuk kalung bulan sabit yang melingkar di leher Riana. "Cantik," ucap pemuda itu tanpa suara. Riana tersenyum. Gadis itu menangkap jelas gerakan bibir pacarnya itu.

Mellisa keheranan melihat Riana yang senyum-senyum sendiri. Gadis itu berbalik. Mencari sebab yang mengakibatkan Riana tersenyum. Dan pandangannya tertuju pada Marvel yang juga tengah tersenyum ke arah Riana. Menyadari hal itu, Mellisa langsung tahu penyebabnya.

Setipis Kertas (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang