Pertemuan

49 5 0
                                    

Bu Widia, guru biologi yang mengajar di kelas Riana sedang menerangkan pelajaran di depan kelas. Riana sudah mencoba fokus, tapi tetap saja tidak bisa.

"Apa iya, cowok yang di kantin tadi itu Rafan? Kenapa tadi aku gak sadar ya kalo dia itu Rafan," pikiran Riana selalu dipenuhi oleh sosok mirip Marvel yang tadi ia lihat di kantin.

Bertahun-tahun ia menghindar, rasanya percuma, takdir seolah berkonspirasi mempertemukan mereka.

"Na, lo kenapa sih, dari tadi gak fokus banget gue liat. Kalau bu Widia tau lo ngelamun waktu pelajarannya dia, udah diusir lo keluar. Lo kenapa sih na?" bisik Mellisa.

"Gak kok, gue gak apa-apa. Gue fokus kok, lo tenang aja, bu Widia gak bakal tau," balasnya dengan berbisik pelan.

Dua jam pelajaran biologi berhasil dilewati Riana dengan susah payah.

"Sekian dulu pelajaran hari ini. Sampai jumpa minggu depan. Dan kalian boleh istirahat," ucap bu Widia sebelum meninggalkan kelas.

"Mel, lo jadi kan nganterin gue ke perpus?" tanya Riana saat jam istirahat kedua.

"Jadi lah Na. Yuk. Langsung ke perpus aja. Sekalian gue mau tidur sampe jam istirahat abis."

"Dasar lo, tukang tidur," ucapnya sambil berdiri. "Yaudah Mel, yuk."

"Kuy lah."

*****

"Eh Na, itu deretan buku kelas 12, lo cari aja yaa. Gue mau tidur dulu bentar."

"Okedeh."

Biologi
Fisika
Kimia
Matematika
B. Indonesia
B. Inggris

Dan 4 buku lainnya sudah ada ditangannya. Total ada 10 buku yang baru saja Riana pinjam pada bu Tari, penjaga perpustakaan di sekolah barunya ini.

Kriiiiiing

Bel pertanda waktu istirahat telah selesai berbunyi. Riana berbalik ke belakang. Disana, di tempat baca paling pojok ada Mellisa yang sudah terlelap. Segera saja ia menghampiri teman barunya itu.

"Mel, buruan bangun. Bel masuk udah bunyi," ucapnya seraya menguncang pelan pundak gadis itu, berharap dia cepat bangun.

"Belnya udah dari tadi ?" tanya Mellisa yang baru bangun dari tidur singkatnya.

"Gak kok, baru bunyi. Kita ke kelas aja yuk, nanti telat."

Mellisa menganggukkan kepalanya, dan mereka segera menuju kelas.
Di tengah perjalanan menuju kelas, tiba-tiba saja Mellisa berhenti sambil memegangi perutnya.

"Duh Na. Perut gue mules banget. Gue mau ke toilet dulu. Lo duluan aja ke kelas, nanti gue nyusul," ucap Mellisa, kemudian berlari menuju toilet.

"Pasti karena Melisa terlalu banyak menuang cabe di baksonya saat makan di kantin tadi," pikirnya Riana.

Riana kembali melanjutkan langkah menuju kelas.

Braak

"Aduh."

Riana jatuh terduduk. Lengannya menabrak tubuh seseorang.

"Kalau jalan liat-liat dong. Emang badan gue sekecil apa sampe lo gak liat kalau gue lagi jalan," ucap Riana ketus.

Buku yang tadi Riana bawa sudah berserakan di lantai koridor. Riana lantas memungutnya. Riana melihat orang itu juga membantu memunguti bukunya yang berserakan. Mungkin dia merasa bersalah telah menubruk tubuhnya dan membuat buku yang ia bawa berserakan di lantai.

Deg

Saat sedang membereskan buku yang masih berserakan di lantai koridor, tangan mereka bersentuhan. Dan membuat jantungnya berdetak hebat.

Saat mendongak pada sosok yang tadi menabraknya, jantungnya semakin berpacu cepat. Dia Marvel Rafan Kusumo, si most wanted boy SMA Tunas Bangsa.

Mereka saling menatap satu sama lain. Beberapa detik pandangannya masih terkunci menatap manik mata Marvel, hingga tak sadar mereka masih memegang buku yang sama.

"Hem."

Deheman Riana membuat aksi tatap menatap mereka terputus.

"Sorry," ucap cowok itu merasa tak enak.

Riana hanya mengangguk. Bingung harus berbuat apa di tengah kondisi yang canggung begini.

Riana berdiri setelah mengumpulkan buku miliknya yang tadi berserakan. Kemudian disusul dengan Marvel yang berdiri di sampingnya lalu mengulurkan tangan ke arahnya.

Sepertinya cowok itu tidak mengingatnya. Padahal kan cowok itu membencinya di masa lalu.

"Marvel," ucapnya seraya menatap wajah cantik Riana.

"Jadi lo gak inget sama gue?" tanya Riana memastikan. Riana hanya menatap uluran tangan Marvel tanpa berniat membalas uluran tangan itu.

"Maksud lo? Emang kita pernah ketemu?" tanya Marvel sambil mengerutkan dahi. Cowok itu menurunkan tangannya. Mungkin karena Riana yang tak kunjung membalas uluran tangan itu.

"Lima tahun lalu, dan gue masih inget semuanya."

"Sorry, gue bener-bener gak inget. Soalnya itu udah lama banget. Dan kayaknya gue belum pernah juga ketemu sama lo," ucap Marvel bingung.

"Jadi lo beneran gak inget?" tanya Riana memastikan.

Terlihat Marvel hanya menggeleng polos.

"Coba lo inget-inget lagi deh kelakuan lo 5 tahun lalu yang udah nyakitin hati gue. Terus terang gue masih sakit hati sama lo," ucap Riana hampir menangis. Tapi ia berusaha menahannya sekuat tenaga.

Bertemu kembali dengan Marvel bukanlah keinginannya. Tapi sepertinya takdir sangat menunggu pertemuan mereka.

Riana kembali mengingat perlakuan Marvel 5 tahun lalu. Betapa menyedihkannya dirinya kala itu.
Tapi kenapa takdir kembali mempertemukan mereka setelah sekian lama saling berjauhan.

Lalu, sekarang dengan mudahnya dan tanpa rasa bersalahnya Marvel mengajak dirinya berkenalan. Enak saja, tak akan sudi dia kalau Marvel menyentuh tangannya untuk berjabat tangan sebagai media perkenalan.

Marvel hanya terdiam. Seperti kata Riana, ia mencoba mengingat kejadian 5 tahun lalu.

Sementara Riana, ia masih tenggelam dalam kesedihan yang meliputinya.
"SD Garuda Bandung, gadis cupu berkaca mata dan kutu buku kata lo," ucap Riana memberitahu.

Riana berbalik membelakangi Marvel. Ia harus segera kembali ke kelas. Ini sudah terlambat. Tapi, baginya lebih baik telat daripada bolos. Dan bolos tidak pernah ada di kamusnya.

"Gue ke kelas dulu," ucap Riana singkat sembari melanjutkan langkahnya menuju kelas dengan langkah lebar.

Riana harus cepat tiba di kelas. Bisa gawat dia kalau nanti tidak dibolehkan masuk ke kelas. Riana berdoa supaya guru yang sedang mengajar di kelasnya mempersilakan dirinya masuk dengan suka rela.

"Mudah-mudahan aja," doa nya dalam hati.

Marvel hanya bisa menatap punggung Riana yang perlahan menjauh dari hadapannya.

Marvel masih bingung terhadap apa yang tadi dikatakan Riana. Dia juga tidak ingat siapa cewek cantik itu sebenarnya.

🌹🌹🌹

Bersambung
Jangan lupa vote dan komen yaa:)

Setipis Kertas (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang