Benci atau Cinta?

27 4 0
                                    

Riana sudah kembali ke Jakarta. Sehari setelahnya, ia pun memutuskan untuk datang ke sekolah. Bersama Mellisa, Riana melangkah lesu menuju kantin. Ia kembali teringat tentang kandasnya hubungannya dengan Marvel.

"Tumben makan nasi goreng, Na? Biasanya, lo pesen bakso," celoteh Mellisa.

"Biar lebih kenyang aja," jawab Riana sekadarnya.

Riana meluruskan pandangan pada nasi goreng di hadapannya. Hatinya sakit melihat siapa yang baru datang ke kantin. Terlebih Marvel tidak hanya datang bersama Five Elang. Melainkan ada Clara yang bergelayut manja di lengannya.

Rupanya Mellisa juga menyadari hal itu. Ia terkejut bukan main. "Ya ampun, Na! Itu kan, Marvel. Kok, dia sama Clara, sih? Dia, selingkuh?" serunya heboh.

"Gue sama dia, udah putus Mel," ucap Riana dengan suara pelan, nyaris seperti bisikan.

"Lho, kenapa?" tanya Mellisa masih penasaran. Namun, Riana hanya menggelengkan kepala pelan. Ia enggan membahas lebih lanjut.

"Sayang, kamu mau pesen apa?" tanya Clara dengan suara sengaja dikeraskan agar terdengar oleh Riana.

"Terserah kamu aja, sayang," balas Marvel dengan senyum manisnya. Lengannya dirangkulkan pada pundak Clara.

Clara tersenyum senang terhadap respon yang diberikan Marvel. Setelah putus beberapa waktu, akhirnya ia bisa bersatu kembali dengan sang pangeran Tunas Bangsa. Mengingat kekecewaannya kemaren karena diputuskan oleh Marvel, Clara sudah melupakannya. Secepat membalikkan telapak tangan, gadis itu melupakan hal yang sempat mempermalukan dan membuat hari-harinya suram.

"Ya udah, aku pesenin dulu, ya," balas Clara dengan suara manja disertai senyum manisnya.

"Gue sekalian, Ra," seru Viki.

"Enak aja, pesen aja sendiri," ujar gadis itu.

Riana menghentikan kegiatan makannya. Sendok dan garpunya berdenting cukup keras dengan piring. Aksinya itu menarik perhatian semua orang. Terutama Clara. Gadis itu memandang Riana dengan senyum sinis dan tatapan merendahkan.

"Kenapa? Lo nggak terima Marvel lebih milih gue?" bentak Clara. "Terbukti kan, omongan gue. Lo itu cuma jadi salah satu mainan Marvel doang," ucap Clara sinis.

"Waduh, bakal ada perang besar, nih," celoteh Miko.

"Ini perang dunia ketiga, Mik," sambung Rama.

Melihat Riana yang hanya diam menunduk, Clara mendekati meja Riana. Sekali sentak saja, ia berhasil menjambak rambut Riana hingga gadis itu berdiri.

"Vel, mantan sama cewek lo, berantem tuh," ucap Viki mengadukan.

Marvel hanya diam saja di tempatnya. Pemuda itu hanya memperhatikan tontonan di hadapannya dengan muka datar tanpa berniat ikut campur. Namun, tak ada yang tahu, pandangan Marvel mengarah pada Riana.

Riana merasa rambutnya hampir terlepas dari kepalanya. Gadis itu balas menarik rambut Clara. Setelah berhasil membebaskan diri, Riana menampar pipi Clara dengan cukup keras.

"Jangan sembarangan lo ngomong. Lo nggak tau apa-apa!" seru Riana.

Clara memegangi pipi kanannya yang sakit dan memerah. Ia mendesis marah. Saat akan menampar balik, seseorang menahan tangannya. Clara berbalik melihat siapa yang telah mencoba menghalanginya.

"Lo jangan ikut campur, Sean. Ini bukan urusan, lo!" seru Clara.

"Lo yang duluan main fisik, Ra. Riana cuma membela diri. Lo jangan macam-macam sama Riana. Lo nggak tahu siapa dia," ujar Sean.

Setipis Kertas (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang