Jadian

31 5 0
                                    

Matahari bersinar dengan teriknya di Senin pagi ini. Membuat semua peserta upacara mengeluh kepanasan.Untung saja upacara pagi ini cepat berakhir.

"Haus nih," keluh Riana.

"Iya, haus banget. Mulut gue udah kering kayak padang pasir. Kantin yuk," ajak Mellisa.

"Gapapa emang, bentar lagi masuk loh."

"Santai aja kali Na. Kan kita belajar seni budaya sama Pak Halim. Jadi sellow aja. Sama Pak Halim mah santai," ujar Mellisa mengingatkan.

"Yaudah yuk," ucap Riana semangat.

Mereka melewati koridor utama menuju kantin, tapi kerumunan orang menghadang langkah mereka.
Seperti dikomando, kerumunan itu serentak menepi, menyisakan sesosok cowok ditengahnya, dan tampaklah sosok Marvel dengan sebuket mawar merah di tangannya.

Marvel tersenyum manis padanya, lalu berlutut. "Riana, jadi pacar gue mau?" ucap Marvel dengan senyum yang terkembang.

Riana terkejut, Marvel benar-benar gila, pikirnya. Ternyata cowok ini gak main-main dengan ucapannya.

"Mau..,mau..,mau... ," sorakan dari kerumunan itu membahana.

"Iya, aku mau," ucap Riana. Senyum tipis, sekilas terbit di bibirnya. Tapi tak ada yang tau arti senyum itu.

Marvel tersenyum simpul, lantas memeluk Riana. "Bagus," gumamnya hanya bisa didengar oleh mereka berdua.

Tepuk tangan kembali membahana. Sebagian orang berpikir, bahwa keduanya sangat serasi, cantik dan tampan. Dan sebagian lagi merasa iri dan patah hati. Pentolan sekolah yang beberapa hari lalu masih jomblo, sekarang sudah punya gandengan baru.

Mellisa yang berdiri disamping Riana hanya bisa melongo. Riana yang sangat membenci Marvel, bisa ditaklukkan oleh cowok itu.

*****

"Wohoo, ada yang jadian nihh," sambut Rama.

"Makan makan," heboh Viki.

"Berisik lo semua, tenang nanti gue traktir," ucap Marvel yang semakin membuat riuh basecamp Five Elang.

"Lo beruntung dapetin Riana, Vel," ucap Sean seraya bangkit dari duduk.

"Dia emang beda sama cewek lain," ucap Marvel.

"Dia gak pantes lo perlakuin buruk," lanjut Sean.

"Kenapa? Lo suka sama dia?" tanya Marvel sarkas.

"Dia cewek baik-baik, dan gak berhak lo perlakuin kayak mantan-mantan lo yang lain," jawab Sean sekenanya dan pergi dengan sikap tenangnya.

Tentu saja Marvel tau. Ia tau, Sean menaruh perasaan lebih pada Riana. Ia bisa merasakan tatapan lembut Sean pada Riana.

"Gak usah berantem lah, kita ini sohib, jangan sampai pertemanan kita rusak, cuma gara-gara cewek," nasehat Miko.

"Miko bener Vel," sambung Viki.

"Oh iya. Btw, kok bisa Riana mau sama lo. Dia kayaknya kan benci banget sama lo, Vel," tanya Rama sedikit penasaran.

"Mungkin karena ancaman itu," ucap Marvel tersenyum sinis.

"Maksud lo?" tanya Miko mengerutkan dahinya.

"Ceritain semuanya," pinta Viki.

Flasback on

"Kenapa?" ucap Riana saat tiba di hadapan Marvel. Cowok itu sedang duduk diatas motornya.

Marvel terkekeh kecil. "Santai dong, buru-buru amat, mau kemana sih?" canda Marvel.

"Kalo lo gak ngomong, gue pergi," ancam Riana.

Setipis Kertas (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang