Katharina mengusap air matanya yang terus menetes. Masih teringat olehnya saat datang ke pemakaman sahabatnya itu. Mengenang Sarasmitha, membuatnya kembali bersedih. Sahabat baiknya harus berakhir tragis hanya karena cinta.
"Semua orang terpukul. Apalagi Ayahmu. Dia sangat menyayangi adiknya. Ayahmu lah yang menelepon Mama, mengabari kondisi Tante kamu. Mama berusaha menenangkannya," ucap Katharina.
"Oma kamu bahkan jatuh sakit selama berbulan-bulan. Berkat Om Farhan, akhirnya Oma kamu bisa sembuh. Oma terlalu sedih untuk tinggal di rumahnya itu lagi. Kenangan Opa dan Tante Mitha selalu menghampirinya. Makanya, Oma memutuskan untuk pindah ke sini, ke Bali. Ke tempat Favorit Oma dan Opa," jelas Katharina.
"Terus?" ucap Riana ingin tahu yang selanjutnya terjadi.
"Ya, seperti yang kamu tahu. Oma kamu membuat peraturan untuk perempuan Wijaya. Nggak ada yang boleh pacaran. Mereka semua dijodohkan," lanjut Katharina.
Riana tertunduk. Baru kali ini ia mendengar cerita dibalik peraturan itu. Meski begitu, Riana tetap tak bisa memutuskan Marvel begitu saja. Riana mencintai pemuda itu.
"Mama harap, kamu bisa mengerti. Pikirkan juga perasaan Papa kamu, ya." Riana hanya mengangguk.
"Sekarang, kamu mandi, terus istirahat. Mama mau ke ruang tengah dulu. Acaranya udah mau mulai," tutur Katharina.
"Iya, Ma," sahut Riana. Katharina berlalu dari kamar Riana setelah mengusap rambut putrinya itu pelan.
*****
Riana telah mandi dan berpakaian. Dia tidak ingin istirahat. Dia ingin ke ruang tengah. Ikut mendoakan tantenya. Saat hendak menuruni tangga, langkahnya terhenti. Netranya melirik ruangan penyimpanan barang-barang Sarasmitha.
Riana mendekati ruangan itu. Ia ingin mencari sesuatu. Sesuatu yang bisa menjelaskan kisah hidup Mitha dari sudut pandang Mitha sendiri. Tepatnya, Riana ingin mencari pembelaan. Sekali lagi, Riana tak bisa memutuskan Marvel begitu saja.
Ruangan ini lebih mirip gudang. Gudang yang bersih dan rapi. Semua barang Mitha tertata apik di dalam kardus yang disusun di sebuah rak. Hanya foto-foto Mitha yang masih terpajang di kamar Seruni. Lebih dari itu, Seruni menyimpan barang penuh kenangan itu di ruangan ini.
Riana berkeliling sembari memeriksa setiap kardus. Sejauh ini, tak ada yang menarik perhatiannya. Sebagian besar kardus berisi buku-buku milik Mitha. Riana juga menemukan beberapa kardus yang berisi buku-buku milik kakeknya.
Tak ada yang menarik. Riana hendak meninggalkan ruangan, saat sikunya menyenggol sebuah kardus. Satu buah kardus jatuh, isinya berceceran di lantai. Setelah diamati, kardus itu berisi novel-novel koleksi Mitha. Riana berjongkok, mengumpulkan buku-buku dan kembali menatanya di dalam kardus.
Sebuah buku kecil bersampul biru menarik perhatiannya. Ini sepertinya buku diari Mitha. Mungkin buku ini bisa menjelaskan apa yang dirasakan Sarasmitha saat itu. Riana segera merapikan buku ke dalam kardus dan meletakkannya kembali ke tempat semula.
Riana duduk di sebuah kursi goyang di dalam ruangan itu. Dibukanya lembar pertama buku itu. Dugaannya benar. Buku itu adalah diari Tantenya. Terlihat dari tulisan Ram and Mitha Diary's. Riana mulai membaca diari itu.
1988
Buku ini aku tulis sejak kamu meninggalkan aku. Aku hanya ingin mengenangmu, Ram. Sampai kapan pun, aku tak bisa membencimu. Walau kamu menjadikan aku sebagai alat untuk balas dendam pada Papa. Karena bagiku, cinta tak pernah salah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Setipis Kertas (Complete)
Teen FictionTernyata benar kata-kata yang ajaib itu. Benci itu dekat dengan cinta. Karena benci bisa membuat seseorang jatuh cinta. Perbedaan cinta dan benci itu setipis kertas. Kalau sekarang kamu membenci seseorang, bisa jadi besok kamu berbalik mencintai or...